TRIBUNNEWS.COM - Curah hujan yang meningkat selama sepekan di Kabupaten Pelalawan, Riau turunkan angka kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Titik panas atau hotspot dan titik api sudah benar-benar hilang selama empat hari terakhir.
Selain itu, karhutla juga sudah tak terdeteksi.
Bahkan titik asap yang kerap muncul di areal Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Desa Lubuk Kembang Bunga Kecamatan Ukui juga tak ada terpantau.
"Sampai hari ini kita masih aman. Curah hujan masih cukup tinggi dan hampir setiap hari turun," beber Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan, Zulfan M.Si, Rabu (25/10/2023).
Zulfan menerangkan, hujan yang rutin turun setiap hari dan merata diprediksi kuat sebagai hasil Tehnik Modifikasi Cuaca (TMC).
Baca juga: Marak Kabut Asap Karhutla, Pj Gubernur Agus Fatoni Imbau Masyarakat Pakai Masker
Satgas udara Provinsi Riau menggelar program TMC sejak satu pekan yang lalu dan berlangsung selama 12 hari.
Garam atau NaCl disemai di langit Riau, termasuk Pelalawan untuk mematangkan awan yang memiliki potensi hujan.
Sehingga tenggat waktu turunnya hujan lebih lama, khususnya di daerah-daerah yang kerap muncul Karhutla.
Ia merincikan, kasus Karhutla di Pelalawan telah terdeteksi sejak awal tahun lalu dan telah menghanguskan ratusan hektar lahan, baik kebun masyarakat maupun semak belukar.
Berdasarkan data milik BPBD total lahan yang gosong sejak Bulan Januari hingga Oktober ini mencapai 248,33 hektare.
Luasan lahan yang telah dilalap api itu tersebar di 9 dari 12 kecamatan yang ada di Pelalawan.
"Kecamatan yang belum ada kasus Karhutla ada tiga yakni Pangkalan Lesung, Bandar Seikijang, dan Bandar Petalangan," papar Zulfan.
Ia menjelaskan, kecamatan paling luas terbakar yakni Teluk Meranti mencapai 135,58 hektare.
Disusul Langgam seluas 62,7 hektare, Kuala Kampar 15,3 hektare, Ukui ada 11 hektare yang hangus, Pangkalan Kuras capai 8 hektare.
Selanjutnya, Kecamatan Kerumutan ada 6 hektare, Pangakalan Kerinci 4,75 hektare, Bunut 3,5 hektare, dan Pelalawan 1,5 hektare.
Lahan yang dilalap api sebagian besar merupakan jenis tanah gambut dan sisanya tanah mineral.
"Kita berharap tahun ini tidak bertambah lagi lahan yang terbakar. Karena musim kemarau akan berakhir dan dilanjutkan musim hujan mulai awal November," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunPekanbaru.com dengan judul Curah Hujan Tinggi dan Firespot Nihil di Pelalawan, BPBD Sebut 248 Ha Lahan Terbakar Sejak Januari