Sementara itu, petugas Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Banyumas, Imam Wibowo, menyatakan kaca yang digunakan pengelola wisata yakni kaca tipe tempered.
Menurut Imam Wibowo, timnya menyelidiki kaca yang sudah pecah mulai dari ketebalan hingga penyebab kaca pecah.
"Kita lihat jatuhnya kaca yang pecah bukan konstruksinya. Baru melihat jenis kaca dan tipe kaca tempered dan kita akan ukur ketebalan secara detail dan tiap kaca beda perlakuan sendiri apakah pecahnya jadi serpihan atau lempengan," paparnya, Rabu, dikutip dari TribunBanyumas.com.
Baca juga: Mengenal Jembatan Kaca yang Pecah di Banyumas: Tinggi 15 Meter, Penjaga Tak Tahu Kapasitas Kekuatan
Ia menambahkan pengeloa wisata seharusnya memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) penggunaan jembatan kaca.
"Kaca ini mesti dilihat apa yang direncanakan pemilik wahana misal untuk beban berapa dan berapa orang," terangnya.
Perilaku pengunjung juga diteliti agar ketebalan kaca yang digunakan dapat disesuaikan.
"Penyebabnya sendiri belum tahu tapi kaca yang pecah adalah satu lempeng ukuran kaca 122.4 cm."
"Kalau lihat tempat jatuhnya itu di dekat sama tumpuan, bukan karena di konstruksi tapi kami belum bisa menyimpulkan," bebernya.
Sebelumnya, penjaga toilet wisata yang menjadi saksi mata, Sanarto menjelaskan saat insiden jembatan kaca pecah ada 11 pengunjung yang ada di atas jembatan tersebut.
Para pengunjung yang berada di atas jembatan kaca terpisah ke dalam dua kelompok.
Satu kelompok yang berisi empat orang terjatuh saat sedang berswafoto di atas jembatan kaca.
"Mereka sedang foto-foto, ada dua orang yang jatuh langsung tidak sadarkan diri, sedangkan dua lainnya minta tolong," ungkapnya.
Sanarto menerangkan satu pengunjung yang berinisial F tewas di lokasi kejadian dan satu pengunjung lain yang berinisial A mengalami luka-luka.
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunBanyumas.com/Permata Putra Sejati) (Kompas.com/Fadlan Muktar Zain)