Kepala Desa Keduwung, Uripani juga mendapat informasi serupa dari warga.
Uripani mengatakan berdasar laporan warganya, pesawat yang menghantam di Bukit Watugedek kondisinya terbelah menjadi tiga bagian.
Sedangkan pesawat yang jatuh di Gunung Kundi, Kecamatan Lumbang, terdapat kobaran api.
"Kobaran api berada di kepala pesawat. Selain itu, ada warga yang melihat ledakan," kata Uripani kepada TribunJatim-Timur ditemui di rumahnya.
Diduga Karena Cuaca Buruk
Cuaca buruk diduga menjadi penyebab jatuhnya dua pesawat buatan pabrikan Embraer Brasil tersebut.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojat mengatakan pada awalnya, ada 4 pesawat Super Tucano take off dari Lanud Abdulrachman Saleh pada pukul 10.50 WIB untuk latihan terbang formasi.
Rutenya adalah area Alfa, Bravo, Charlie dan kembali ke Lanud Abdulrachman Saleh.
Setelah take off, bergabung dalam formasi dan sesaat kemudian memasuki cuaca kurang baik.
"Akhirnya, mereka saling melepas diri (berpisah formasi). Dimana dua pesawat lainnya bisa naik dan keluar dari awan, kemudian lost contact dengan Super Tucano TT-3111 dan TT-3103," beber Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati saat memberikan keterangan dalam konferensi pers terkait jatuhnya pesawat EMB-314 Super Tucano yang digelar di Landu Abdulrachman Saleh Malang, Kamis (16/11/2023).
Disinggung terkait dengan cuaca buruk yang dimaksud, pihaknya mengungkapkan adanya kumpulan awan yang menyelimuti lereng gunung.
"Jadi awan yang menyelimuti lereng gunung. Membuat awak pesawat tidak bisa melihat dengan jelas,"
"Tetapi tentunya, ini masih diselidiki lebih lanjut. Karena saat ini, kami sedang mencari Flight Data Recorder (FDR) dari pesawat Super Tucano yang jatuh tersebut. Karena di FDR menyimpan rekaman suara, gambar, ketinggian, kecepatan, lokasi, serta lain sebagainya," pungkasnya.