Selain itu, ke depannya greenhouse di desa Gumuk, Mriyan ini diharapkan bisa menawarkan kelompok belajar untuk melihat tanaman endemik Gunung Merapi.
Bahkan Karya Muda juga berniat untuk membuka kelas pembelajaran kultur jaringan bunga anggrek.
Joko merasa, uluran tangan LPTP dan Danone Aqua untuk membuat program konservasi di zona serapan air sangat membantu warga untuk berkembang.
"Paling kerasa, setelah kedatangan Aqua ke sini, dulu desa Mriyan tak pernah dipandang tapi sekarang paling dikenal," lanjut Joko.
Karena tak hanya fokus pada anggrek, kopi Gumuk yang diinisiasi oleh kelompok yang sama-pun ikut mentereng.
"Mriyan, khususnya Gumuk ini dulu dikucilkan. Alhamdulillah dengan kekompakan dan kesolidan warga kita bisa membuat sebuah kegiatan."
"(Sekarang) semua melihat desa Gumuk ini memiliki potensi. Kalau sekarang kita ke Kecamatan 'ndi kopine' (mana kopinya) 'ndi anggrek e' (mana anggreknya) pasti itu. Dulu 'ana opo nek Gumuk' (ada apa di Gumuk)," ujar Joko sambil menirukan pendapat orang-orang.
Kini, selain masyarakat setempat, jejeran pejabat Kota Boyolali pun sudah tertarik untuk mencicipi kopi Gumuk dan singgah ke desa yang terletak di ketinggian 1.360 mdpl tersebut.
Sebagai informasi, program pelestarian anggrek dan pemberdayaan masyarakat di wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) di atas menjadi salah satu komitmen LPTP dan Pabrik Danone Aqua Klaten dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Sebelumnya, Stakeholder Relation Manager Pabrik Aqua Klaten, Rama Zakaria ikut mendeklarasikan bahwa upaya konservasi di Kecamatan Tamansaari Boyolali, khususnya di desa Gumuk menjadi role model alias desa percontohan bagi desa sekitar.
“Deklarasi ini menjadi momen untuk memicu daerah lain untuk melakukan upaya yang sama, kami berharap masyarakat luas bisa mengetahui skema ini, sekaligus memperkuat kolaborasi multi pihak yang ada”, tambah Rama, berdasarkan rilis tertulis Aqua.
Rama Zakaria juga menerangkan, wilayah Dukuh Gumuk, Desa Mriyan ini juga merupakan kawasan penting dan strategis yang menyangkut berjalannya air.
"Semuanya kami lakukan di buffer-nya, di penyangganya. Yang mana Taman Nasional ini memiliki status perlindungan tertinggi di kawasan Indonesia," terang Rama saat dihubungi Tribunnews.com.
"Selain itu, keberadaan buffer atau penyangga Taman Nasional, ini juga menjadi kawasan recharge area, daerah tangkapan air bagian sub DAS Hulu. Jadi kawasan Sub DAS Pusur bagian hulu sebagai daerah tangkapan air," lanjutnya.