Karena negara lain seperti Malaysia, Australia, dan Singapura tidak mau menerima mereka.
"Kita tidak terikat itu, karena tidak menandatangani UNHCR itu, kita hanya kemanusiaan, cuma negara-negara lain itu sudah menutup," kata Mahfud.
Baca juga: Mengapa Pengungsi Rohingya Melarikan Diri ke Indonesia?
Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Terdampar di Aceh
Diketahui, sebanyak 139 pengungsi Rohingya terdampar di pantai Gampong Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Aceh, Sabtu (2/12/2023).
Ratusan pengungsi Rohingya tersebut mendarat pukul 02.00 WIB.
Pengungsi tersebut terdiri dari pria dewasa 36 orang, wanita dewasa 45 orang, dan anak-anak 58 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan masing masing berjumlah 29 orang.
"Mereka tiba sekitaran pukul 02.00 WIB, namun masyarakat setempat baru mengetahui sekitaran pukul 02.30 WIB," kata Cut, warga setempat,Sabtu (2/12/2023) pagi.
Muhammad Idris (40), pengungsi Rohingya asal Bangladesh yang terdampar di Sabang mengatakan, rombongan lari dari Bangladesh karena ketidaknyamanan di negeri tersebut.
Baca juga: Pengungsi Rohingya di Batee Pidie Gagal Dipindahkan ke Scout Camp Laweung
Dari Bangladesh mereka mengaku berlayar ke arah yang tidak tentu.
"Ketika kami melihat ada negara lain, kami singgah. Mana tau bisa menerima kehadiran rombongan kami. Kami berlayar selama 27 hari," kata Idris.
Lebih lanjut, Idris menambahkan, ia dan keluarganya masing masing harus membayar sebesar 20.000 mata uang Bangladesh atau 20.000 Bangladeshi Taka.
Jumlah ini kalau dirupiahkan setara Rp 2.799.630
Mereka harus membayar agar bisa berlayar bersama kapal tersebut.
Baca juga: Jokowi Perintahkan Mahfud MD Tangani Masalah Pengungsi Rohingya
"Saya membayar 20.000, begitu juga dengan istri dan anak - anak saya," ujarnya.