TRIBUNNEWS.COM - Tungku smelter PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kawasan Industri Morowali atau Indonesia Morowali Industri Park (IMIP) Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, meledak pada Minggu (24/12/2023).
Sebanyak 59 pekerja menjadi korban dalam insiden tersebut, di mana 13 di antaranya meninggal dunia.
13 korban meninggal itu terdiri dari 9 pekerja Indonesia dan 4 orang Tenaga Kerja Asing (TKA).
Sementara itu, sebanyak 29 pekerja mengalami luka berat, 12 lainnya luka sedang, dan 5 korban mengalami luka ringan.
Lantas seperti apa profil PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), yang tungkunya meledak hingga tewaskan 13 pekerja?
ITSS merupakan salah satu tenant yang beroperasi di Kawasan Industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali.
Baca juga: Pengelola Kawasan Industri Ungkap Penyebab Tungku Smelter di Morowali Meledak
Diketahui, ITSS merupakan perusahaan yang berfokus pada pengolahan bijih nikel.
Melansir laman Kementerian dan Sumber Daa Mineral (ESDM), saham mayoritas ITSS, sebesar 50 persen berada di bawah naungan Tsingshan Holding Group Company Limited asal China.
Tsingshan Holdings sendiri didirikan pada 1988 oleh Xiang Guangda di Wenzhou.
Sementara saham sisanya dimiliki Ruipu Technology Group Company Limited, Tshingtuo Group Co.Ltd, PT Indonesia Morowali Industrial Park, dan Hanwa Company Limited.
Perusahaan ini mendapatkan izin operasi dari 2019 hingga 2049 mendatang.
Pusat operasi PT ITSS berada di Kabupaten Morowali dengan target kapasitas 600 ribu ton per tahun dan stainless steel sebanyak 1 juta ton per tahun.
PT ITSS sendiri memiliki lebih dari 20 smelter pengolahan nikel di Morowali.
Pada 2 tahun lalu, tepatnya 2021, perusahaan ini disebut-sebut menyumbang hampir seperempat dari produksi global.