News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil dan Kisah Kedermawanan Dokter Lo Siauw Ging yang Meninggal di RS Kasih Ibu Solo

Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

dr. Lo Siauw Ging semasa hidup saat sedang melayani pasien di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Sabtu (30/11/2013). Profil Dokter Lo Siauw Ging atau lebih dikenal dengan dokter Lo yang meninggal dunia Selasa (9/1/2024) pukul 14.00 WIB di RS Kasih Ibu, Solo.

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Kabar duka Dokter Lo Siauw Ging atau lebih dikenal dengan dokter Lo meninggal dunia Selasa (9/1/2024) pukul 14.00 WIB.

Dokter Lo Siauw Ging meninggal pada usia 90 tahun setelah menjalani perwatan di RS Kasih Ibu 

Dia sempat mendapat perawatan di RS Kasih Ibu sejak 5 Januari 2024. 

Menggunakan alat bantu, dokter Lo semasa hidup berjalan keluar kamar rawat inap RS Kasih Ibu, Solo, Kamis (4/8/2016). (youtube)


Berikut profil dokter Lo :

Dokter Lo lahir pada 16 Agustus 1934 di Kota Magelang, Jawa Tengah. 

Dia lahir dari pasangan orang tua Lo Bian Tjiang dan Liem Hwat Nio.

Ayah dokter Lo, Lo Bian Tjiang merupakan pengusaha tembakau. 

Sementara sang ibu, Liem Hwat Nio merupakan seorang dokter. 

Sosok orang tua yang kemudian mendorong dokter Lo untuk menekuni dunia kedokteran.

Apalagi sang ayah memberikan kebebasan baginya untuk memilih jalan hidupnya. 

Walau saat itu dokter Lo sempat dibujuk untuk menjadi pedagang, seperti yang ditekuni keluarga besarnya. 

"Ayah saya bilang, kalau memang jadi dokter ya ga usah mikir dagang, kalau dagang ga usah mikir dokter," kata dokter Lo, pada 14 Agustus 2015, dikutip dari Kompas.com. 

Baca juga: Dokter Lo Siauw Ging, Dokter Dermawan Asal Solo Meninggal, Jenazah Dibawa ke Rumah Duka Thiong Ting

Perkataan ayah tersebut mendorong dokter Lo untuk menolong orang sakit.

Pertolongan itu tidak mengedepankan untung rugi. 

Dokter Lo kemudian menekuni studi kedokteran. 

Pada tahun 1963, dokter Lo resmi menyandang dokter dari Universitas Airlangga. 

Ada sosok yang juga turut menjadi inspirasinya, yakni mentornya, Dr Oen Boen Ing.

Dr Oen, untuk diketahui, merupakan sosok dibalik berdirinya Rumah Sakit Dr Oen.

Dia yang menginsipirasi dokter Lo untuk benar-benar mengabdi kepada pasien miskin.

Sikap dermawan dan penuh jiwa sosial yang ditularkan oleh Dr Oen, membuat dokter Lo lebih meyakini bahwa kesehatan adalah milik semua orang, termasuk orang miskin.

Ia juga pernah "marah" kepada pasiennya yang memaksa untuk membayar.

Meskipun saat itu, dokter Lo mengetahui bahwa si pasien tidak punya uang cukup untuk membeli obat.

"Apa kamu sudah kaya dan bisa beli beras, kok mau bayar," ujarnya.

Tidak hanya itu, suami dari Maria Gan May Kwee tersebut juga tidak segan untuk memarahi orang tua pasien karena terlalu lama memeriksakan anak mereka yang sakit.

Itu pernah dialami warga Brengosan Solo, Yunita. 

"Saya pernah dimarahi, pas itu anak saya panas tinggi dan setelah tiga hari tidak turun turun, saya bawa ke dokter Lo. Sampai sana dimarahi, kok baru sekarang," kata Yunita pada 14 Agustus 2015.

Kisah kedermawanan dokter Lo asal Solo ini memang sudah menjadi rahasia umum.

Tidak hanya warga Solo, namun juga warga dari sekitar Solo, seperti Klaten, Sukoharjo, Boyolali dan Karanganyar.

Tidak sedikit warga yang tidak mampu datang berobat ke tempat prakteknya.

Salah satunya Yayan, pasien asal Boyolali, mengaku sempat ditanya apakah punya uang untuk membayar obat atau tidak saat mengantar puterinya berobat.

"Tadi habis anak saya diperiksa, ditanya punya uang tidak buat beli obat, lalu ya saya jujur ndak bawa uang banyak, lalu pak dokter Lo bilang ya sudah ini ditebus, nanti saya yang bayar," kata Yanuar.

Baca juga: Mimpi Marion Jola Jadi Lawyer dan Dokter Gigi Hilang Saat Masuk Dunia Musik

Dalam sebulan, Lo harus menanggung kurang lebih 7-8 juta rupiah.

Saat disinggung bagaiamana dirinya harus menutup uang sebesar itu dalam sebulan, Lo enggan menjelaskan secara detail.

Dirinya hanya menceritakan bahwa ada seorang donatur yang pernah mendengar bagaimana cara saya bekerja melayani pasien, dan akhirnya tertarik membantu.

"Ada donatur yang berniat membantu saya, karena dengar saya kerjanya bantu pasien yang ndak mampu,"katanya singkat.

Biasanya, dokter Lo memberikan tanda khusus diresepnya dan meminta pasien untuk menebus obat ke apotik rujukannya.

Setelah itu, pada akhir bulan, tagihan akan diberikan ke dokter Lo.

Selain membuka praktek di Rumah Sakit Kasih Ibu pada pukul 10.00 wib - 12.00 wib setiap hari, dokter kaum papa tersebut juga masih melayani pasien di rumahnya di Jagalan 27, Kelurahan Jebres, Solo.

Pasien dari warga sekitar pun tidak kalah banyak.

Keberadaan dokter Lo seakan menjadi malaikat penolong bagi pasien yang kurang mampu untuk berobat.

Namun, dokter Lo mengaku tidak mampu untuk mengetahui apakah memang benar pasiennya adalah miskin atau tidak.

"Satu prinsip saya, kalau mau bayar ya terserah dan kalau ndak mampu ya bilang saja nanti dibantu sekalian obatnya. Saya menghargai kejujuran, ada juga yang pura pura enggak punya uang dan ingin gratisan terus berobat ke saya, ya itu urusan dia sajalah,"kata pria yang gemar membaca buku tentang kisah detektif tersebut.  

Salah satu warga sempat bercerita bahwa saat kerusuhan 98 di Solo, banyak warga keturunan Tionghoa mengungsi dan menutup usaha mereka.

Suasana mencekam dan mengancam warga keturunan Tiongha tersebut tidak menyurutkan Lo Siae Ging untuk melayani pasien.

Dokter lo justru memaksa untuk buka praktik meski sudah diingatkan warga untuk tidak buka praktek.

"Dokter malah sempat marah, katanya kasihan kalau ada pasien yang datang berobat. kok tutup," kata Purwadi, warga Jagalan, Solo.

Saat itu warga justru berjaga didepan rumah dokter Lo.

dr Lo Siauw Ging (KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA)

Biar tak pikun, walau usianya sudah tergolong senja, namun dokter Lo tampak masih bersemangat melayani pasien-pasiennya.

Saat disinggung resep hidup untuk terus mengabdi ia mengatakan itu karena berkat Tuhan.

"Ya suatu karunia Tuhan Allah, di usia seperti saya ini masih diberi kesehatan. Dan selain itu kalau ndak bekerja, pasti pikun. Jadi ada alasan egonya, biar ndak pikun ya saya bekerja," katanya.

Hanya hidup berdua dengan sang istri diakui Lo membuatnya lebih bisa fokus bekerja.

"Saya dan istri kan enggak punya anak, jadi itu ya membantu agar fokus," katanya.

Meski kedermawanannya sudah dikenal, dokter Lo menampik dirinya adalah tokoh inspiratif bagi Bangsa Indonesia yang akan berumur 70 tahun.

"Tokoh nasional apa, saya bukan siapa siapa, jangan dibesar besarkan. Saya hanya bantu warga yang sakit," katanya.

Sementara itu, pihak Rumah Sakit Kasih Ibu, menyatakan akan selalu mendukung pelayanan yang dilakukan dokter Lo.

Dokter Lo yang juga sempat menjadi direktur di rumah sakit tersebut menjadi inspirasi bagi para dokter muda di Kota Solo.

"Sosok yang sangat inspiratif bagi dokter lainnya, jadi tidak mengedepankan materi saja saat melayani pasien. Pihak Rumah sakit mendukung apa yang dilakukan dokter Lo," kata dokter Yulius Widiarto.

Baca juga: Benarkah Udara Dingin Bisa Sebabkan Bell’s Palsy? Begini Kata Dokter

Dokter Lo sendiri sampai saat ini masih terdaftar sebagai dokter di RS Kasih Ibu. 

Itu bisa dilihat dalam situs resmi RS Kasih Ibu. 

Di sana tersedia profil singkat mengenai dokter Lo.

Dokter Lo merupakan dokter spesialis umum. 

Dia pun telah menempuh kuliah hingga S2.

Dikutip dari situs resmi RS Kasih Ibu, gelar S2 yang dimiliki dokter Lo didapatkan setelah menempuh studi di Universitas Indonesia.

Dia mendapat gelar Magister Administrasi Rumah Sakit. 

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Profil Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan dari Solo : Saya Menghargai Kejujuran

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini