Aliman menceritakan, KM Sultan dengan tiga nelayan sudah berangkat melaut sejak sebelum 26 Desember 2023.
Baca juga: Terombang-Ambing 5 Hari di Laut, Nelayan Sikka NTT Ditemukan Lemas di Perairan Kalaotoa Selayar
Kemudian pada akhir Desember, karena tangkapan sudah penuh, mereka akhirnya menyudahi pencarian ikan dan mengalami musibah saat perjalanan pulang.
Berdasarkan informasi nelayan, mereka terombang-ambing sekitar 11 hari di tengah laut.
Saat terombang-ambing mereka tanpa persediaan makanan dan minuman lagi.
Kepala DKPAceh ini mengungkapkan, sebenarnya sejak awal berangkat mereka sudah terkena badai di laut.
Saat itu mereka sempat berlindung dari badai selama 7 hari di balik Pulo Aceh, kemudian melanjutkan lagi mencari ikan.
Aliman juga meluruskan, sebelumnya disebutkan dua nelayan itu berasal dari Meulaboh dan satu dari Banda Aceh.
Malam kemarin, saat Dinas Sosial Aceh, DKP Aceh dan Panglima Laot ingin mengantar, terungkap jika ketiganya saat ini menetap di Banda Aceh.
Mereka pun sudah diantar kembali berkumpul dengan keluarganya masing-masing.
Kepala DKP Aceh mengimbau kepada nelayan supaya saat akan berangkat melaut agar memeriksa kondisi kapal, memastikan kapal dalam kondisi bagus dan siap mengarungi samudera.
Kemudian, nelayan juga diminta supaya mematuhi imbauan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.
Baca juga: Korban Kapal Tenggelam di Perairan Malaoge Ditemukan, Dua Korban Terdampar dan Satu Terombang-ambing
Ia juga meminta nelayan mematuhi imbauan panglima laot agar tidak pergi laut saat hari peringatan tsunami, karena 26 Desember sudah ditetapkan sebagai hari pantang melaut.
"Kalau pergi melaut nelayan juga tidak boleh lupa membawa life jacket. Satu hal lagi yang paling penting, agar melapor dan mendapatkan izin dari Syahbandar perikanan sebelum berangkat melaut,: tutup Aliman.
Sebelumnya diberitakan, Tim SAR Banda Aceh berhasil mengevakuasi 3 nelayan dari Kapal Tanker SC Gold Ocean, Jumat (12/1/2024) dinihari pukul 00:50 WIB.