Saefullah mengatakan, jasad APK pun langsung dibawa ke RS Mangusada dan lalu dirujuk ke RSUP Sanglah.
Sempat Komunikasi dengan Adik
Adik korban, Gede Juni Artawan mengatakan pada Senin sore, APK masih sempat bekerja di salah satu hotel di kawasan Jimbaran.
Bahkan, Juni sempat diberi uang oleh kakaknya sebelum pergi bekerja untuk membeli bensin.
Kemudian pada Senin malam pukul 19.00 WITA, Juni mengatakan dirinya masih sempat berkomunikasi dengan sang kakak lewat pesan WhatsApp perihal paket barang yang dibeli melalui e-commerce.
Sepulang dari bekerja pada Selasa dini hari sekira pukul 01.00 WITA, Juni mendapat sang kakak tidak berada di kos.
Dia mengira sang kakak masih berkencan dengan pacarnya.
"Saya tidak mikir macam-macam, karena saya kira dia (almarhum Adhi,red) lagi sama pacarnya," ungkap Juni.
Barulah pada Selasa pagi pukul 09.00 WITA, Juni baru mendapat kabar dari sepupunya bahwa sang kakak ditemukan meninggal dunia akibat diduga dikeroyok sejumlah pemuda di wilayah Sempidi.
"Sepupu bilang kalau kakak saya sudah meninggal. Saya kaget sekali dengar kabar begitu," kata Juni sembari menyeka air matanya.
Hingga saat ini pihak keluarga mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab sang kakak dikeroyok sejumlah pemuda hingga tewas.
Pihaknya berharap, polisi dapat memberikan hukuman yang setimpal kepada para pelaku.
Di sisi lain, hingga saat ini, jenazah APK masih berada di RSUP Ngoerah, Denpasar untuk diautopsi.
Adapun pihak keluarga berencana memakamkan jenazah APK di Taman Makam Umat Kristiani, Kelurahan Liligundi, Buleleng.
Sebagian artikel telah tayang di Tribun Bali dengan judul "Alami Luka Tusuk di Dada Kanan, Pria Asal Singaraja Tewas Diduga Dikeroyok 12 Orang di Sempidi"
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Bali/ I Komang Agus Aryanta)