"Secara fisik luar tatak (pemberani), mungkin karena terbiasa diperlakukan ibunya seperti itu," ujar Ida saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Selasa (23/1/2024).
Ida menjelaskan, E mendapatkan sejumlah penganiayaan dari ibu kandungnya.
Di antaranya disiram dengan air mendidih, diikat tangannya, hingga disundut rokok yang masih menyala.
Parahnya, korban juga disuruh berkumur dengan air mendidih.
Korban, kata Ida, mendapat penganiayaan itu setiap melakukan kesalahan.
"Setiap kesalahan anak, dia (pelaku) melakukan penyiksaan beda-beda, ada yang ditusuk gunting, sama disundut rokok."
"Terakhir (korban) telat bangun, tangannya diikat, disiram air panas mendidih ke badannya."
"Sebelumnya, juga air mendidih disuruh kumur, kulit dalam pipinya kan lembut jadi rusak," ungkap Ida.
Kendati demikian, korban berusaha menutupi lukanya tersebut dengan terus-terusan menggunakan masker selama di sekolah.
Baca juga: Sosok Ibu di Surabaya Pelaku Penganiayaan Anak, Korban Disiksa Tiga Tahun, Sempat Ditegur Dinsos
Pihak sekolah merasa ada yang janggal dengan korban yang terus menggunakan masker.
Oleh karena itu, guru melakukan pengecekan terhadap kondisi korban.
"Sekolah yang tahu kenapa kok anak ini maskeran, pas dibuka mulutnya terluka, terus cerita sakit, ketika bajunya dibuka mengelupas kulitnya," papar Ida.
Mendapati kondisi korban yang penuh luka, pihak sekolah membawa bocah itu ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soewandhie.
Pihak sekolah juga melaporkan temuan tersebut ke Pemkot Surabaya untuk ditindaklanjuti.