Kehadiran Sefa dengan kudanya di kampus pun mencuri banyak perhatian.
Seperti ada sejumlah pengendara motor, pejalan kaki yang takjub sekaligus heran melihat orang berkuda di jalan kota.
Awalnya dia merasa bangga dan senang, meski bensin tak ada, tekadnya untuk mengajar begitu bulat dan kokoh.
Dia pun bangga dengan kuda peliharaan keluarganya yang dijaga dengan baik dan kini membantu aktivitasnya.
“Tapi sampai di dalam kota dekat Kampung Babar sini beta ada rasa malu. Ada lima motor nonton beta dan dong (mereka) tanya kenapa harus gunakan kuda. Ya, mau bagaimana, bensin seng (tidak) ada. Ini solusi terakhir,” ucapnya dikutip dari pemberitaan TribunJatim.com.
Banyak warga yang berpapasan di jalan memandang Sefa dengan heran lantaran hampir tak ada lagi warga Kota Tiakur yang menunggangi kuda.
Kalaupun ada, itu hanya dijadikan alat angkut hasil kebun.
Padahal dulu, kata Sefa, warga MBD khususnya di Pulau Moa menggunakan kuda sebagai moda transportasi.
Keluarganya sendiri memiliki lima ekor kuda.
Kuda-kuda itu dibiarkan bebas di alam.
Oleh ayahnya, mereka dijadikan alat angkut jagung atau hasil kebun lain pengganti motor.
Namun setelah tiba di kampus ada rasa lega yang dirasa Sefa.
Kelangkaan bensin di kotanya malah membuat Sefa makin dikenal dan jadi dosen inspiratif.
“Beta sampai di kampus itu ada rasa senang juga. Beta bilang buat mahasiswa seng (tidak) ada alasan buat bolos. Jangan jadikan kelangkaan ini alasan buat seng kuliah. Beta yang jauh saja berjuang datang, semua buat masa depan mahasiswa dan kampus,” jelasnya bangga.
Baca juga: Harga BBM Pertamina di Pulau Jawa Hari Ini, 28 Februari 2024: Pertamax Cs Tak Alami Perubahan