Apalagi sumur bor itu milik pribadi, bukan pemerintah.
"Sekarang kita susah ngambil air. Harapannya dari pemerintah ada perhatiannya untuk kita, kalau bisa dibuatkan sumur bor biar kita tidak kesulitan air lagi," ujarnya.
Penjelasan Sumedi
Sumedi Madasik membantah hal itu dilakukan sepihak setelah tidak lolos menjadi anggota DPRD Kota Cilegon.
Menurutnya, penyetopan itu dilakukan sementara atas kesepakatan bersama mencari solusi agar bisa menutup beban biaya yang selama ini sudah ditanggungnya.
"Memang saya caleg dan gagal. Mungkin Allah belum restui dan meridai saya untuk mewakili masyarakat yang seutuhnya," ucapnya.
Madasik mengaku tidak seperti caleg lain yang melakukan politik uang untuk membeli suara rakyat.
Baca juga: Ini 38 Puskesmas dan RS di Jakarta Disiapkan Layani Caleg Gagal yang Stres di Pemilu 2024
"Kurang lebih empat tahun saya bantu air bersihnya. Bahkan alhamdulillah air yang saya alirkan ke sana ph-nya 7 itu luar biasa bahkan masyarakat Cisuru pun sendiri bisa mengonsumsi air bersih, termasuk saya dari sini," katanya.
Adapun Rp 10.000 per kubik yang dibayarkan warga, Madasik mengaku hanya menerima Rp 5.000 dan sisanya dikelola warga setempat, seperti untuk perawatan mesin dan beban listrik.
Namun, Madasik mengaku uang tersebut belum cukup untuk menutupi biaya listrik.
Dia mengklaim harus menggunakan uang pribadi untuk menutupi biayanya.
"Itu sudah berjalan empat tahun lebih. Selisihnya antara Rp 2 juta-Rp 2,5 juta setiap bulan. Saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Punya Tempat Rehabilitasi ODGJ, Ipda Purnomo Siap Tampung Caleg Gagal di Pemilu 2024
Sebagai gantinya, Madasik berharap agar warga setempat bisa memilihnya pada Pemilu 2024.
Menurut dia, wajar baginya berharap besar kepada masyarakat setempat untuk memberikan suara pada Pemilu 2024.
Dari jumlah sebanyak 140 warga yang masuk DPT, dirinya mengakui telah meminta sebanyak 100 suara.