Tabungannya ini berasal dari jerih payahnya menjadi loper koran.
Setiap harinya ia selalu menabungkan uangnya Rp 25-100 ribu.
"Ada 50 ribumah. Kadang juga 100. Seadanya lah. Setiap harinya memang nyisihkan. Tapi gak nentu nominalnya. Gimana dapetnya aja," jelasnya.
Kini ia pun terus bersyukur karena tahun ini berangkat ke tanah suci.
"Ya alhamdulillah tidak kepikiran. Tapi, dengan niat saya gimanapun saya harus berangkat pergi haji. Saya juga pernah umrah. Sama anak diumrohin. Itu gak mimpi sama sekali malah. Itu tahun 2015. Sama istri waktu itu," ungkapnya.
Sejak Kelas 3 SD jadi Loper Koran
Awalnya, Zainal menjadi loper koran pada tahun 1963 silam.
Saat itu, ia berkeliling membawa eksemplar koran dengan jalan kaki.
Tidak hanya Kota Bogor saja, melainkan sampai ke wilayah Ciawi.
"Dari kelas 3 SD. Tadinya ikut kakak. Kakak saya kerja di Unitex. Tapi, saya kerja jadi loper koran terus aja," ungkapnya.
Ratusan eksemplar koran dari beberapa media pernah dijualnya.
"Dulu mah banyak kan sampai 400 eksemplar. Sekarang mah yang mesen aja gitu," tambahnya.
Sampai saat ini, loper koran terus menjadi pekerjaannya. Namun, kini ia tidak berjalan kaki melainkan menunggangi sepeda motor.
"Sekarang pagi-pagi keluarnya. Terus ke perumahan IPB lampiri. Jalan riau, Jalan Roda, Jalan Bangka, Pasar Bogor, Pasar Sukasari, Dulu jalan kaki. Sekarang pakai motor," ujarnya.
Dengan jerih payahnya itu, ia sukses menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.