Kondisi saat itu, lanjut Lukman, begitu mencekam.
Ada banyak orang yang meminta pertolongan di tengah timbunan tanah.
"Ada yang tertimpa pohon sampai tangannya robek, ada pula yang keberadaannya saat ini belum diketahui," tandasnya.
Sementara itu, akses ke lokasi kejadian menjadi kendala besar bagi Tim SAR melakukan evakuasi.
Selain itu, petugas dan relawan juga harus menghadapi cuaca hujan yang mempersulit pergerakan.
Kemudian, jarak lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) ke posko pencarian dan pertolongan (SAR) sekira 23,75 kilometer, melansir Kompas.com.
"Medannya sangat sulit dijangkau sehingga menghambat proses pencarian dan pertolongan, ada jembatan yang putus," ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Gorontalo, Heriyanto, Selasa (9/7/2024).
Diketahui, hujan deras mengguyur wilayah Desa Tulabolo Timur sejak Senin (8/7/2024) sekira pukul 01.00 Wita.
Hujan deras itu memicu banjir di sejumlah titik dan juga membuat tanah di sekitar lokasi tambang bergerak.
Tingginya intensitas hujan diduga memicu tanah longsor dan menimbun kawasan tambang emas sepanjang 150 meter tersebut.
20 Orang Tewas
Baca juga: Sosok Ibu dan Anak Korban Tewas Longsor Tambang Emas di Gorontalo, Buka Warung di Lokasi Kejadian
Diwartakan Kompas.com, hingga Selasa pagi, korban tewas akibat bencana longsor pertambangan emas ini mencapai 20 orang.
Sebanyak 46 orang selamat dan 51 orang lainnya masih dalam proses pencarian.
Bertambahnya jumlah korban meninggal ini setelah helikopter AW 169 dengan nomor register P-3304 bantuan Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Kepolisian Republik Indonesia membawa 7 jenazah Selasa pagi.
Sementara, tim SAR gabungan membawa 2 jenazah yang ditandu melalui jalur darat.
Bertambahnya 9 jenazah pagi ini menambah jumlah korban meninggal dunia menjadi 20 orang.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribungorontalo.com dengan judul Kronologi Longsor di Tambang Suwawa Gorontalo, Puluhan Warga Belum Ditemukan
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunGorontalo.com/Arianto Panambang, Kompas.com/Rosyid A Azhar)