Mengingat selama 2024 ini, kata Bayu, Polres Jember mencatat ada 7 kasus kekisruhan yang melibatkan perguruan pencak silat dari beberapa organisasi bela diri.
"Ada PSHT, ada Pagar Nusa dan ada Kera Sakti. Tetapi yang paling dominan adalah PSHT," ucap Bayu.
Bayu mengaku juga akan melakukan pembinaan terhadap seluruh organisasi bela diri. Agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
"Kami lakukan pembinaan dan komunikasi berkaitan dengan kegiatan-kegiatan meraka," tuturnya.
Apa motif pengeroyokan?
Seperti diketahui, Satreskrim Polres Jember telah memeriksa 22 anggota PSHT yang terlibat pengeroyokan terhadap polisi bernama Aipda Parmanto Indrajaya.
Dari pemeriksaan sementara, puluhan pesilat mengaku melakukan pemukulan terhadap korban secara spontan tanpa ada unsur kesengajaan.
Para anggota pesilat yang konvoi mengira anggota Pamter PSHT diamankan oleh polisi.
Sehingga polisi malah menjadi sasaran amukan warga hingga pengeroyokan.
Kapolres Jember, AKBP Bayu Pratama menjelaskan para pesilat ini melakukan pengeroyokan terhadap polisi menggunakan tangan kosong.
Namun hasil olah TKP, ditemukan batu dan bambu yang ada bercak darah.
"Namun di TKP kami menemukan ada batu, ada bambu yang ada noda tetesan bercak darah. Sehingga kami akan lakukan pengembangan apakah benda itu memang digunakan atau tidak," tegasnya.
Bayu menyayangkan aksi premanisme ini karena setiap ada kericuhan di Jember, pelakunya selalu anggota PSHT.