Senada dengan RSUP Dr. Kariadi, pihak Fakultas Kedokteran (FK) Undip juga mengakui adanya perundungan dalam PPDS.
Dekan FK Undip, Yan Wisnu Prajoko, mengatakan praktik perundungan telah terjadi secara sistematik dan kultural.
Perundungan itu dilakukan secara fisik maupun sistem jam kerja hingga adanya kewajiban iuran.
"Kalau perundungan fisik tidak terlalu banyak. Lebih banyak terkait perundungan jam kerja dan iuran," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung A FK Undip, Jumat.
Sementara perundungan melalui beban kerja bisa terjadi karena bagian anestesi melekat dengan layanan operasi di rumah sakit.
Selain itu, PPDS Anestesi tak hanya melayani bagian ruangan ICU, melainkan juga titik lainnya.
Artinya, PPDS Anestesi lebih berat dibandingkan PPDS lain secara beban kerja.
"Seharusnya dari 84 mahasiswa PPDS dengan 20 dokter di RSUP dr Kariadi Semarang, kalau tidak bisa membagi, ini perlu pendalaman."
"Semestinya kalau beban kerja besar dengan SDM juga besar, maka potensi kerja overtime seperti ini tidak muncul," tandasnya.
Sebelumnya, kasus bullying di PPDS Undip menjadi perbincangan setelah dokter Aulia Risma Lestari ditemukan tewas di kamar kosnya di Kota Semarang, Senin (12/8/2024).
Dokter Aulia mengakhiri hidup diduga karena tak kuat menjalani PPDS Anestasi di Undip.
Baca juga: Terbongkar Sudah, dr Aulia Risma Dipastikan Dibully Senior, Dekan FK Undip Meminta Maaf Akui Salah
Menurut sumber yang tak ingin disebutkan identitasnya, korban diduga mengakhiri hidup dengan menyuntikkan obat bius jenis Roculax ke tubuhnya sendiri.
"Korban diduga melakukan bunuh diri dengan menyuntikkan Roculax di kamar kosnya," katanya kepada TribunJateng.com, Rabu (14/8/2024).
Korban merupakan seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kota Tegal yang sedang menjalani tugas belajar sebagai peserta PPDS Anestesi Undip.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul BREAKING NEWS! RSUP dr Kariadi Semarang Akui Ada Perundungan Terhadap dr Aulia Mahasiswi PPDS Undip
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJateng.com/Iwan Arifianto)