"Kedua rescuer tersebut kemudian diserahkan ke pihak keluarga untuk disemayamkan," kata Mustari.
Berawal dari Mencari Korban Hanyut
Sementara kronologi tewasnya dua pahlawan kemanusiaan tersebut bermula ketika Kantor SAR Medan menerima laporan kondisi membayakan manusia yaitu orang hanyut di Sungai Solok dari BPBD Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Selasa (15/10/2024) sore sekitar pukul 15.10 WIB.
Korban atas nama Jeplenta Sebayang (36) warga Desa Limang, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo. Informasinya, Senin (14/10/2024) sore, korban pamit memancing dan berangkat sendirian mengendarai motor Yamaha Jupiter MX ke sungai tersebut.
Hingga menjelang malam, korban tak kunjung pulang. Keluarga khawatir. Sebab, arus sungai saat itu sangat deras dan lokasi sekitar memancing masih hutan belantara, serta tidak ada signal.
Keluarga korban berinisiatif mencarinya. Sampai lokasi, mereka hanya menemukan motor, baju, dan sepatu korban. Mereka berupaya mencari. Hingga esok harinya, keluarga korban dibantu masyarakat sekitar masih terus berupaya mencari korban.
Hingga sore hari, upaya mereka nihil. Selanjutnya, informasi tersebut dilaporkan ke Kantor SAR Medan
Kantor SAR Medan beraksi. Melalui analisis SAR maps, lokasi kejadian berjarak 98 kilometer dengan jarak tempuh sekitar 2 jam 56 menit. Tim SAR bergerak.
6 personel diberangkatkan, masing-masing Tengku Rahmatsyah Putra, Dodi Prananta, Robi Daniel, Rocky Manik, dan Hermanto, serta Jery Novanda (33), potensi SAR dari Saka SAR. Sampai di lokasi, hari sudah malam. Tim SAR memutuskan untuk istirahat dan menyusun rencana operasi untuk esok harinya, Rabu (16/10/2024).
Selanjutnya, tim dari Kantor SAR Medan bersama beberapa Potensi SAR membagi tim dalam 2 SAR Unit (SRU). SRU 1 dengan 6 personal, yaitu 3 rescuer dari Kantor SAR Medan atas nama Tengku Rahmat Syahputra, Dodi Prananta, dan Robi Daniel (29), serta 3 personel dari Potensi SAR yaitu Rico Barus, Oscar Sebanyang, dan Jeri Novanda.
Mereka menggunakan rafting untuk menyusuri area. Sedangkan SRU 2 melakukan scouting atau penyisiran jalur darat dari lokasi kejadian menuju hilir yang berjarak sekitar 4 kilometer.
Setelah briefing, SRU 1 mulai bergerak menyusuri sungai mulai dari lokasi terakhir korban. Saat itu, cuaca cerah. Namun, arus sungai cukup deras.
Sekitar 4 kilometer, kondisi sungai yang lebar itu mulai menyempit sehingga aliran sungai semakin deras. Sementara tepi kanan kiri sungai adalah tebing menjulang dengan ketinggian bervariasi, bahkan hingga mencapai 100 meteran. Jika dilihat dari udara, yang terlihat adalah hutan belantara yang lebat dimana tebing kanan dan kiri sungai itu adalah jurang yang dalam.
Ketika proses pencarian memasuki ceruk sungai yang menyempit dengan arus yang sangat deras itu, terdapat sebuah kayu besar melintang di jeram. Rafting menabrak kayu tersebut. Rafting tak terkendali dan akhirnya terbalik. Akibatnya, keenam penumpang rafting terlempar dan hanyut terbawa arus sungai.