TRIBUNNEWS.COM - "Suntikan ini bikin lengan Farel poker. Biar tambah kebal dan kekar. Kalau dapat pukul juga tidak akan sakit. Jadi kalau mau merambah jadi preman di kampung sebelah juga bisa."
Demikian kata Theresia Dwiaudina Sari Putri pada Farel. Rupanya, bocah yang dijuluki 'preman kampung' itu takut pada jarum suntik. Alhasil, selalu ada 'drama' saat Farel hendak mendapat imunisasi.
Ini tentu menjadi PR tersendiri bagi Theresia Dwiaudina yang merupakan seorang bidan di desa Farel tinggal. Dini, sapaan karibnya, memutar otak, mencari cara agar Farel mau diimunisasi.
Akhirnya, keluarlah gombalan tersebut. Dini mengibaratkannya seperti sistem imunitas. Setelah diimunisasi, tubuh akan memperoleh kekebalan sehingga tambah kuat.
Tak dinyana, siswa SD Inpres Ndetuwaru itu menganggukkan kepala. Farel pun tak perlu lagi dipaksa apalagi harus dipegangi banyak orang.
"Video Farel yang mau diimunisasi, saya jadikan bahan referensi untuk anak-anak yang takut disuntik," kata Dini pada Tribunnews.com, Kamis (17/10/2024).
Kisah di atas adalah hanyalah satu dari sekian banyak pendekatan yang dilakukan Dini selama tujuh tahun terakhir menjadi bidan di Desa Uzuzozo.
Desa Uzuzozo merupakan salah satu desa terpencil di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Desa ini dikelilingi kawasan perbukitan, hutan, dan sejumlah sungai besar yang kerap meluap saat musim hujan datang.
Jaraknya sekitar 2 jam dari pusat Kabupaten Ende. Sinyal pun hilang timbul di sini.
Hanya ada satu fasilitas kesehatan yaitu pos kesehatan desa (poskesdes) dengan peralatan medis sederhana. Itu pun lokasinya masih terbilang jauh dari 3 dusun dan 3 anak kampung yang ada di Desa Uzuzozo. Belum lagi medan ekstrem yang memisahkan.
Jauh dari gemerlap kota dan minimnya fasilitas kesehatan, rupanya tak menyurutkan niat Dini dalam mengabdikan diri sebagai garda terdepan melayani kesehatan ibu dan anak di Desa Uzuzozo.
Lebih luas lagi, Dini adalah orang yang pertama kali dicari saat masyarakat Desa Uzuzozo membutuhkan pertolongan kesehatan. Hal ini karena Dini adalah satu-satunya tenaga kesehatan di desa tersebut.
Tak peduli siang, malam, dini hari, panas, terik, hujan, di poskesdes, rumah, pinggir hutan, bahkan tepi sungai sekali pun, Dini siap menolong warga. Bahkan kedatangannya begitu dinanti.