Tak berselang lama, Josua dikejutkan dengan suara dentuman keras yang menghantam bagian rumahnya.
"Suaranya terdengar sangat keras sampai bagian rumah ikut bergetar. Dan, setelah saya cari, rupanya atap seng rumah sudah bocor dan ada batu besar yang jatuh," kata Josua saat dihubungi Kompas.com melalui komunikasi seluler, Selasa (4/8/2020).
Ketika pertama ditemukan batu yang jatuh tersebut terasa hangat sangat dipegang. Batu seberat 2,2 kilogram itu juga tertanam sekitar 15 sentimeter di dalam tanah.
Ia pun segera menggali batu yang sebagian telah terpecah dan memindahkannya ke rumah.
"Saat saya angkat, kondisi batu masih hangat lalu saya bawa masuk ke dalam rumah," kata Josua.
"Saya menduga kuat batu ini memang benda dari langit yang banyak disebut orang batu meteor. Karena tidak mungkin, ada yang sengaja melempar atau menjatuhkannya dari atas," ujar Josua.
Ia mengatakan batu yang ditemukannya memiliki keunikan. Saat itu ia iseng mengambil magnet dan menempelkannya ke batu tersebut.
Ternyata magnet tersebut menempel di batu yang ditemukan Josua.
Sempat ditawar Rp 1 miliar
Josua kemudian mengunggah penemuan batu tersebut di akun Facebook miliknya dan mendapat respon dari ratusan warganet.
Batu itu viral dan menjadi perbincangan warganet. Bahkan ia mengatakan ada warga sekitar yang mau membeli batunya seharga Rp 1 miliar.
"Saya tidak tahu dia bercanda atau tidak, dan mau membeli batu ini. Tapi saya belum mau memberikannya," ujar Josua.
Sementara itu Camat Kolang Saut Bona Situmeang mengatakan, pasca-heboh penemuan batu itu, ia sudah datang ke rumah Josua dan melihat langsung kondisi batu tersebut.
Iya benar, saya sudah melihat langsung batu tersebut. Dan yang menemukan mengaku batu itu memang benda langit yang jatuh dan menimpa rumahnya," kata Situmeang saat dihubungi lewat seluler, Rabu (5/8/2020).
Situmeang mengatakan, namun untuk memastikan batu tersebut memang benar meteor atau bukan, harus diserahkan kepada ahlinya.
"Kalau masyarakat sudah banyak yang datang, karena penasaran dan ingin melihat batu itu. Tapi untuk yang ahlinya guna memastikan benar apa tidak (batu meteor) belum ada," ujar Situmeang.
Terkait batu meteor Josua yang diakui sudah ada yang menawar hingga Rp 1 miliar, Situmeang menganggapnya hanya candaan saja.
"Memang ada yang sudah menawar untuk membeli batu itu, tapi saya yakin hanya bercanda saja. Apalagi, nilai yang ditawarkan sangat tinggi sekali," ucap Situmeang.
Fenomena Meteor Selama November 2024
Ada lima fenomena astronomi yang dapat disaksikan selama bulan November.
Hujan meteor Leonid yang paling terang adalah salah satu fenomena yang sayang untuk dilewatkan.
Selain itu, apa fenomena astronomi lainnya yang akan terjadi pada November 2024? Berikut ini penjelasan di laman BRIN.
Fenomena Astronomi November 2024
Bulan Baru (1 November)
Bulan Baru adalah fase pertama pada revolusi Bulan pada bidang orbitnya.
Posisi fase Bulan Baru ke fase setengah purnama awal ke fase Purnama ke fase setengah Purnama akhir dan kembali ke fase Bulan Baru disebut sebagai periode sinodis, yang secara rata-rata ditempuh dalam waktu 29,53059 hari (29 hari 12 jam 44 menit 03 detik).
Bulan Purnama, Supermoon (15 November)
Bulan Purnama Supermoon akan terjadi pada 15 November 2024.
Fenomena Bulan Purnama ini juga disebut Beaver Moon dan akan menjadi Supermoon yang terakhir di sepanjang tahun 2024.
Elongasi Timur Maksimum Merkurius (16 November)
Fenomena menjadi waktu terbaik untuk melihat Merkurius, planet terdekat dengan Matahari dan merupakan planet terkecil di tata surya
Pada Elongasi Timur Maksimum Merkurius, planet tersebut terlihat pada jarak terjauhnya dari Matahari di langit malam.
Oposisi Uranus (17 November)
Oposisi Uranus adalah fenomena yang terjadi ketika Uranus mencapai titik tertinggi di langit.
Planet itu melakukan pendekatan terdekat dengan Bumi pada waktu yang hampir bersamaan (perigee).
Oposisi Uranus membuat planet Uranus terlihat paling terang di antara bintang di langit.
Hujan Meteor Taurid (4-5 November)
Hujan Meteor Taurid adalah hujan meteor kecil yang berlangsung lama.
Fenomena ini menghasilkan sekitar 5-10 meteor per jam.
Hujan Meteor Taurid muncul setiap tahun pada bulan September hingga Desember.
Hujan Meteor Leonids (17-18 November)
Hujan Meteor Leonids berasal dari sisa debu komet Tempel-Tuttle dari pusat radian di atas rasi bintang Leo.
Leonids merupakan salah satu hujan meteor tertua yang tercatat dalam sejarah pada tahun 902.
Fenomena ini berlangsung sekitar 15 meteor per jam dengan kecepatan 71 Km/detik.
(Banjarmasin Post/Kompas.com/Tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Viral Warga Banjarmasin Ngaku Dapat Diduga Batu Meteor, Kini Direndam, Harga Fantastis Bila Benar,