TRIBUNNEWS.COM - Setelah anaknya dipaksa mengonggong dan bersujud, orang tua siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya mengalami trauma berat dan masih ketakutan.
Pemaksaan itu dilakukan oleh seorang pengusaha diskotek bernama bernama Ivan Sugianto .
Ayah korban, Wandharto mengatakan, dalam upaya perdamaian dengan pelaku, dia dan istrinya harus bertemu dengan banyak pihak, termasuk Ivan yang memiliki jaringan kuat.
" Kita nggak tahu harus kemana, waktu perdamaian itu terjadi kami masih bingung. Kami tidak pernah terlibat urusan kepolisian jadi nggak tahu harus kemana. Yang jelas ada rasa ketakutan, kami tidak tahu siapa orang tua. Tapi lewat media kami tahu background orang tuanya, kami ya takut, jadi butuh dukungan juga. Nggak tahu harus bagaimana,"ungkapnya, Kamis (14/11/2024
Kepedihan Wandharto dan istrinya, Ira, bertambah lantaran anak mereka dijatuhi hukuman skorsing tiga hari atau SP 1.
Sang anak, EV, dianggap telah melanggar kesopanan dan etika dari yang diajarkan sekolah
"Sebenarnya keberatan karena kenapa cuma anak kami, tapi ya kami menerima dengan lapang dada semoga kasus ini segera selesai," kata Wandharto.
Adapun Ira mengatakan peristiwa pemaksaan itu terjadi setelah EV mengomentari gaya rambut siswa SMA Cita Hati yang berinisial AL (anak Ivan Sugianto) seperti pudel (ras anjing). Hal itu menjadi lelucon di antara teman-temannya.
"Mereka bertemu di pertandingan, tapi tidak pernah ada interaksi langsung anak saya mengatakan secara langsung anjing, atau sebutan pudel," kata Ira.
Sebelum video kejadian pemaksaan itu viral, AL mengirimkan pesan kepada EV agar EV membuat video permintaan maaf dan menulis permintaan maaf dengan tanda tangan bermaterai.
"Karena EV tidak paham apa materai dan lainnya, EV bercerita pada kami orang tuanya. Maka saya melarang anak saya untuk merespons. Karena menurut saya mereka masih di bawah umur dan belum dewasa secara hukum," katanya.
Baca juga: Klarifikasi Wakasat Reskrim Polrestabes Surabaya Kompol Teguh soal Foto Viral Bersama Ivan Sugianto
Pada 21 Oktober, EV menerima pesan ancaman dari AL. Dalam pesan itu disebutkan bahwa AL akan menemui EV di sekolah ataupun di rumah.
Pesan tersebut berisi jika AL akan mendatangi EV di sekolah atau di rumah, dan dalam pesan juga menyebutkan nama kedua orang tua.
"Dan pada waktu itu saya menjemput EV, saya panik juga kemudian saya melihat di luar sekolah ada AL dan beberapa orang tua dewasa berbaju bebas. Saya berinisiatif mendekati mereka dan tanya ada masalah apa, dan salah satunya mengaku sepupu AL. Di situ saya berusaha menjelaskan kalau anak saya tidak pernah melontarkan ejekan langsung dan sudah minta maaf lewat chat,"ungkapnya.