"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Lokasi ini berada di pinggir hutan, jauh dari pemukiman, dan penduduk asli sudah paham dengan karakter tanah di sini," ungkap Sugiman.
AKP Sugiman juga menjelaskan bahwa fenomena letusan Oro-oro Kesongo tidak terjadi setiap hari, melainkan hanya sewaktu-waktu, terutama pada musim penghujan.
Meski begitu, ia mengimbau warga untuk tidak mendekati area tersebut guna menghindari risiko letusan susulan.
"Kami sudah mengimbau masyarakat sekitar agar tidak mendekat ke lokasi penyemburan lumpur, karena gas yang keluar mengandung belerang beracun," tambahnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Desa Gabusan, Parsidi.
"Hari ini sudah tiga kali, kemarin dua kali," ungkap Parsidi, dikutip dari Kompas.com.
Letusan kali ini mencapai ketinggian sekitar 20 meter dan berlangsung selama sekitar tiga puluh menit.
Meskipun fenomena alam ini mengeluarkan gas beracun, Parsidi mengonfirmasi bahwa tidak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut.
"Enggak ada korban. Kondisi saat ini ya biasa saja," tambah dia.
Dipantau aparat
Letusan Oro-oro Kesongo menjadi fenomena alam yang kerap menarik perhatian masyarakat.
Meski demikian, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama karena kandungan gas beracun yang bisa membahayakan kesehatan.
Terkait dengan peristiwa ini, aparat TNI dan Polri telah melakukan pengecekan ke lokasi Oro-oro Kesongo.
"Kemarin Babinsa dan bhabinkamtibmas sudah meninjau lokasinya," ujar dia.