Laporan Wartawan Tribunnews.com Willem Jonata
TRIBUNNNEWS.COM, KUDUS - Noor Huda warga dari Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kudus, Jawa Tengah, dulu tinggal di rumah satu kamar yang nyaris roboh.
Kalau hujan, air pasti masuk. Tidur pun tak nyenyak. Perasaan cemas melingkupinya.
Huda hanya bisa menyiasastinya dengan berbagai cara, agar air tidak membasahi sepenuhnya isi rumah.
Lagipula penyandang disabilitas itu tidak punya biaya merenovasi rumah. Penghasilannya sebagai tukang cukur hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Sebelumnya rumah yang saya tinggali bersama istri dan anak saya, kurang layak ditempati karena seperti mau roboh. Kalau hujan angin itu sedih, air pada masuk," ucapnya di Pendopo Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Makanya ia mengucap syukur saat namanya masuk sebagai penerima manfaat program Rumah Sederhana Layak Huni (RSLH), yang merupakan hasil kolaborasi Bappeda Kabupaten Kudus, Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kudus, serta Djarum dan Kopi Tubruk Gadjah.
Baca juga: Tekan Prevalensi Stunting, Para Orang Tua di Kudus Dapat Edukasi Soal Makanan Bergizi
"Dengan bantuan ini saya bersyukur banget alhamdulillah. Sekarang tidur jadi nyenyak sekeluarga, berbeda jauh banget. Sekarang di plafon dan sudah tidak bocor," lanjut dia.
Program RSLH digelar sebagai upaya pengentasan kemiskinan ekstrem (PKE) di Jawa Tengah.
Melalui program itu, ada 100 hunian yang direnovasi dan dibangun ulang di Kabupaten Kudus dengan total biaya Rp 5 miliar.
Jumlah anggaran tersebut terbagi untuk masing-masing rumah berkisar Rp53 juta.
Para penerima bantuan RSLH tersebut, tersebar di 9 kecamatan yang terdiri dari 19 rumah di Kecamatan Undaan, 16 rumah di Kecamatan Gebog.
Kemudian 16 rumah di Kecamatan Bae,14 rumah di Kecamatan Kaliwungu, 11 rumah di Kecamatan Jati, 8 rumah di Kecamatan Mejobo.
Lantas ada 6 rumah di Kecamatan Kota Kudus, 5 rumah di Kecamatan Dawe, dan 5 rumah di Kecamatan Jekulo.