TRIBUNNEWS.COM, PALANGKA RAYA - Buntut kasus penembakan Brigadir AK atau Brigadir Anton Kurniawan yang menewaskan Budiman Arisandi warga Banjarmain, Mapolda Kalimantan Tengah (Kalteng) didemo.
Puluhan mahasiswa melakukan aksi demontrasi di depan Mapolda Kalteng, Kamis (19/12/2024) menuntut agar Kapolresta Palangka Raya dan Kapolda Kalteng dicopot.
"Sampai kapan kami harus ditindas seperti ini terus, apakah di mata kalian kami tidak layak hidup," ujar Dida, Koordinator Aksi saat menyampaikan orasinya.
Menurut masa aksi, Kapolda Kalteng dan Kapolresta Palangka Raya juga harus bertanggung jawab atas penembakan yang dilakukan oleh Brigadir Anton Kuniadi anggota Polres Palangka Raya.
Selain itu, aksi ini juga menyoroti soal penggunaan senjata api dan penyalahgunaan narkoba di internal Polda Kalteng.
Dida menyebut, Polda Kalteng perlu melakukan evaluasi besar-besaran pasca kejadian penembakan ini.
Menurutnya, polisi tak lagi memberikan rasa aman karena dengan sewenang-wenang menggunakan senjata api.
"Bisa saja keluarga atau bahkan kita sendiri yang menjadi korban," kata Dida.
Menanggapi aksi mahasiswa ini, Kabid Humas Polda Kalteng, Kombes Pol Erlan Munaji menegaskan, pihaknya menyambut baik dan menerima kritik dan saran.
Erlan juga memastikan, saat ini penyidik sedang bekerja untuk mengungkap kasus penembakan yang dilakukan Brigadir AK.
"Tidak ada yang ditutup-tutupi masyarakat bisa menyaksikan langsung bagaimana sidang nanti, secepatnya kasus ini juga akan dilimpahkan ke kejaksaan," ucapnya.
Profil Irjen Pol Djoko Poerwanto, Kapolda Kalteng yang Anggotanya Tembak Warga hingga Tewas
Kasus pembunuhan yang melibatkan anggota kepolisian di Kalimantan Tengah (Kalteng) kini menjadi perhatian serius, terutama dari DPR RI.
Ketua Komisi III DPR, Habiburokhman, menyatakan bahwa pihaknya akan memanggil Polda Kalteng Irjen Pol Djoko Poerwanto untuk menggelar Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) guna mengusut tuntas kasus ini.
Siapa Irjen Djoko Poerwanto?
Irjen Pol Djoko Poerwanto, lahir pada 7 November 1967, adalah perwira tinggi Polri yang berpengalaman dalam bidang reserse.
Ia dilantik sebagai Kapolda Kalteng pada 18 Oktober 2023, setelah sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat.
Irjen Djoko adalah lulusan Akpol 1989, yang berarti ia adalah senior dari Kapolri saat ini, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang merupakan alumni Akpol 1991.
Riwayat Jabatan Irjen Pol Djoko Poerwanto:
- Pamapta Polres Bekasi
- Kanit Reserse Intel Polsek Pondok Gede
- Kapolsek Tambelang Polres Bekasi Polda Metro Jaya
- Wakasat Serse Polres Bekasi Polda Metro Jaya
- Kasat Serse Polres Bekasi Polda Metro Jaya
- Kabag Reserse Umum Polda Jambi
- Wakapolres Kerinci
- Kabag Ops Poltabes Jambi
- Kasubbag Seleksi Ditpers Polda Jambi
- Kanit I Reserse Umum Polda Jambi
- Kasat II Tipidkor Polda Jambi
- Kabag Analis Ditnarkoba Polda Jambi
- Kasubdit III Tipidkor Polda Jawa Tengah
- Pamen Bareskrim Polri (Penugasan Pada KPK)
- Kabagops Dittipidkor Bareskrim Polri (2012)
- Kasubdit II Dittipidum Bareskrim Polri (2013)
- Wadirtipidkor Bareskrim Polri (2018)
- Dirtipidkor Bareskrim Polri (2019)
- Kapolda Nusa Tenggara Barat (2021)
Kasus Pembunuhan di Kalteng
Sebelumnya, geger ditemukan mayat dengan jenis kelamin laki-laki berinisial BA di semak-semak kebun sawit di Katingan, Kalteng.
Setelah menerima laporan, Satreskrim Polres Palangka Raya segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memeriksa Brigadir Anton.
Proses penyidikan dilakukan secara maraton, termasuk otopsi jenazah Budiman dan uji DNA.
Akhirnya, Brigadir Anton ditetapkan sebagai tersangka atas tindakan pembunuhan dan pencurian dengan kekerasan.
Kapolda Kalimantan Tengah (Kalteng), Irjen Djoko Poerwanto, membeberkan kronologi lengkap kasus anggota Polres Palangka Raya, Brigadir Anton Kurniawan Setyanto atau AK yang melakukan pembunuhan serta pencurian dengan kekerasan (curas) terhadap warga asal Banjarmasin bernama Budiman Arisandi atau BA.
Kronologi tersebut disampaikannya saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama dengan Komisi III DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Selasa (17/12/2024).
Djoko mengungkapkan peristiwa berawal dari saksi bernama Haryono mengemudikan mobil Daihatsu Sigra yang ditumpangi oleh Brigadir AK ke Jalan Tjilik Riwut, Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukti Batu, Palangka Raya pada 27 November 2024.
Lalu, sesampainya di tempat kejadian perkara (TKP), Brigadir Anton bertemu Budiman dengan dalih dirinya memperoleh informasi adanya pungutan liar (pungli).
"Pada hari Rabu, tanggal 27 November 2024, saksi Haryono bersama dengan Anton ke arah TKP Jalan Tjilik Riwut kilometer 39 di Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya."
"Dalam perjalanan di sekitar kilometer 39, Saudara Anton menghampiri korban dan menyampaikan kepada korban bahwa dia merupakan anggota Polda dan mendapat info ada pungutan liar di Pos Lantas 38," katanya, dikutip dari YouTube Komisi III DPR.
Baca juga: Perkembangan Kasus Polisi Bunuh Warga, Polda Kalteng: Tersangka H Diminta Brigadir AK Buang Mayat
Djoko mengatakan pertemuan antara Brigadir Anton dan Budiman terjadi di pinggir jalan.
Dia menyebutkan korban merupakan sopir ekspedisi yang tengah melakukan perjalanan dari Banjarmasin.
Setelah itu, Djoko menyebut Brigadir Anton mengajak korban masuk ke mobil yang ditumpanginya untuk menuju Pos Lantas 38 yang disebut adanya pungli.
"Kemudian Saudara Haryono diperintahkan Anton untuk menjalankan kendaraan ke arah Kasongan yang masuk ke Kabupaten Katingan," katanya.
Saat mobil melaju, Haryono mendengar suara letusan tembakan yang dilesakkan oleh Brigadir AK ke arah Budiman
Djoko menyebut korban duduk di samping Haryono saat peristiwa penembakan tersebut terjadi. Sementara, Brigadir Anton duduk di kursi bagian belakang.
Tak cukup sekali, Brigadir Anton menembak sebanyak dua kali terhadap korban.
"Selang tiga detik dari suara letusan tembakan pertama, Anton memerintahkan Saudara Haryono untuk memutar kembali kendaran ke arah Kasongan dan terdengar kembali suara letusan kedua yang dilakukan Anton," katanya.
Djoko mengungkapkan setelah penembakan, jasad Budiman dibuang dan mobil milik korban dicuri oleh pelaku.
Lalu, kata Djoko, Haryono baru melaporkan kejadian tersebut ke Polres Palangka Raya pada Selasa (10/12/2024).
Setelah adanya laporan tersebut, Djoko mengungkapkan Satreskrim Polres Palangka Raya menerbitkan Laporan Polisi (LP) Nomor LP/A/13/XIII/2024/SPKT. SATRESKRIM POLRESTA PALANGKA RAYA tertanggal 11 Desember 2024.
Djoko mengatakan lalu Satreskrim Polres Palangka Raya langsung melakukan olah TKP dan memeriksa Brigadir Anton.
"Dari tanggal 11 itu, kita memintai keterangan atau menjadi tidak bebas dia dalam rangka pemeriksaan Saudara Anton."
"Kemudian mobil, dalam hal ini mobil Sigra, kita lakukan olah TKP kemudian melakukan gelar perkara apakah dengan kecukupan alat bukti bisa dilakukan penyidikan," jelasnya.
Djoko mengungkapkan pihaknya langsung melakukan penyidikan secara maraton dengan melakukan autopsi jenazah Budiman hingga uji DNA.
Akhirnya, Brigadir Anton terbukti melakukan pembunuhan disertai pencurian dengan kekerasan terhadap Budiman dan ditetapkan sebagai tersangka.
"Kita yakini bahwa dalam kelengkapan pembuktian kita telah terjadi dugaan peristiwa pencurian dengan kekerasan, mengakibatkan meninggalnya orang, dan menghilangkan nyawa dengan sengaja dalam format Pasal 338 juncto Pasal 55 ayat ke-1 KUHP, dalam hal ini penjelasannya, adalah bersama-sama atau penyertaan," urainya.
Namun, Haryono, yang melaporkan peristiwa penembakan itu, juga turut ditetapkan menjadi tersangka.
Djoko juga membeberkan barang bukti yang disita oleh kepolisian terkait kasus pembunuhan dan curas ini dan berikut daftarnya.
1. Senjata api (senpi) jenis Taurus dengan nomor seri XL263620.
2. 5 peluru revolver.
3. 1 unit mobil Daihatsu Sigra dengan nomor polisi B 1360 NZI milik Brigadir Anton.
4. 1 unit mobil Daihatsu GrandMax warna putih dengan nomor polisi DA 8632 NZI yang dikendarai Budiman.
5. 1 pasang baju dan celana milik Anton saat melakukan penembakan dan pencurian.
6. 1 pasang baju dan celana milik Haryono saat kejadian.
7. 1 unit handphone merek Vivo milik Anton.
8. 1 unit handphone merek Oppo milik Haryono.
9. 1 unit handphone merek iPhone milik Anton bernama Juwita.
10. Sampel darah yang ditemukan di mobil yang ditumpangi Anton.
11. Sampel darah yang diduga milik orang tua Budiman.
12. Sampel darah Anton.
13. Sampel gigi, tulang, dan darah milik Budiman.
14. Lakban hitam yang ditemukan di TKP penemuan jasad Budiman.
15. 1 buah dongkrak yang digunakan Anton dan Haryono. (tribun nework/thf/TribunKalteng.com)