TRIBUNNEWS.COM - Inilah kabar terbaru dari kasus penembakan bos rental mobil, Ilyas Abdurahman di Rest Area Tol Tangerang-Merak, Kamis (2/1/2025) dini hari.
Anak pertama korban, Agam Muhammad Ansrudin (26) menceritakan, setelah GPS di mobil yang disewakan terdeteksi dicopot, ia bersama rombongan keluarganya langsung berangkat mengejar mobil yang diduga hendak digelapkan tersebut.
Setelah menemukan mobil miliknya di wilayah Pandeglang, Banten, anggota TNI yang mengendarai mobil miliknya justru menodongkan pistol dan melakukan pengancaman.
Padahal, ia bersama rombongannya sempat mengajak ngobrol baik-baik.
"Jadi setelah kita berhentikan, itu, ini mobil rental, Mas. 'Minggir kamu, saya tembak kamu. Kamu saya tabrak'. Langsung kita ditodongkan. Bapak saya langsung, 'Tenang Pak, tenang, ini ada warung kopi, kita ngobrol baik-baik'," ungkap Agam di Mako Koarmada RI pada Senin (6/1/2025).
Tak lama kemudian ada sebuah mobil lainnya yang diduga teman dari pelaku.
Mobil tersebut mencoba menabrak rombongan korban yang tengah berkumpul.
"Tiba-tiba datanglah itu mobil Sigra, temannya dia, pengawalannya dia. Menabrakan kita dengan mundur, bukan ke mobil, tapi ke orang-orang yang berkumpul di situ," lanjutnya.
Selain itu, ia juga menyayangkan pernyataan Pangkoarmada RI Laksdya Denih Hendrata yang menyebut bahwa rombongan korban melakukan pengeroyokan terhadap anggota TNI.
"Aduh saya merasa susah banget mencari keadilan di negara ini. Karena nggak sesuai dengan fakta yang sebenarnya terjadi. Kita tidak mengeroyok. Waktu kita di rest area waktu itu dia lah yang menodongkan pistol di Saketi," ungkap dia.
"Makanya ada di video (viral) itu, 'mana pistol kamu, mana pistol kamu. Jatuhkan'. Bapak saya sebenarnya menyelamatkan untuk menghindari pistol tersebut. Ternyata dari jauh sudah dapat pengawalan, ditembaklah ayah saya dari situ. Pak Ramli kebetulan tertembak di bagian perut," sambungnya.
Baca juga: Kronologi Pembacokan di Rental PS Kota Sorong, 2 Bocah Jadi Korban Terluka di Kepala dan Kaki
Diketahui, Laksda Denih sebelumnya menyebutkan bahwa rombongan korban melakukan pengeroyokan.
Hal tersebut membuat anggotanya merasa situasi tersebut adalah situasi hidup dan mati.
"Tapi sebetulnya karena pengeroyokan kan tidak berpikir risiko kalau misalnya orang yang dikeroyok itu mati,"