TRIBUNNEWS.COM - Kasus pencabulan yang melibatkan mantan Kapolres Ngada, AKBP Fajar Widyadharma Lukman, mencatat empat korban.
Tiga di antaranya masih di bawah umur, sementara satu korban berusia 20 tahun.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi NTT, Veronika Atta, mengungkapkan bahwa korban berusia enam tahun mengalami trauma berat.
"Ketika melihat orang berbaju cokelat, dia ketakutan," kata Veronika, Jumat (14/3/2025).
Baju cokelat tersebut identik dengan seragam dinas kepolisian yang dikenakan AKBP Fajar saat melakukan tindakan pencabulan.
"Korban meminta agar orang berbaju cokelat mengganti pakaiannya karena trauma yang dialaminya," tambah Veronika.
Kondisi korban terus dipantau oleh LPA NTT dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPPA) Kota Kupang.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar, menyatakan bahwa keempat korban akan mendapatkan pendampingan psikososial.
"Mereka telah diidentifikasi dan akan mendapat pendampingan yang diperlukan untuk pemulihan," ujarnya.
KemenPPPA juga memastikan kolaborasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Komisi Kepolisian Nasional, dan Direktorat Tindak Pidana PPA-PPO Bareskrim Polri untuk memastikan korban mendapat perhatian penuh.
Penyidik juga mendalami keterlibatan seorang mahasiswi berinisial F dalam kasus ini.
Baca juga: Hubungan Eks Kapolres Ngada dengan Mahasiswi Inisial F, 3 Anak di Bawah Umur jadi Korban Pencabulan
F diduga mencari korban dan membawanya ke hotel untuk dicabuli oleh AKBP Fajar.
Keduanya berkenalan melalui aplikasi MiChat dan telah melakukan hubungan badan sebanyak empat kali.
F, yang telah dibawa ke Jakarta untuk proses penyelidikan, berpotensi menjadi tersangka.