"Itu seperti momen eureka ketika pemeriksaan cepat tanggal peluncuran untuk misi bulan menunjukkan kecocokan dengan misi Surveyor 2," kata Chodas.
Dikutip dari Kompas.com, Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo juga menduga kuat bahwa 2020 SO bukan asteroid, melainkan sampah antariksa roket tingkat 2 (Centaur) dari misi antariksa tak-berawak Surveyor 2 yang ditujukan ke Bulan.
Marufin mengatakan ada beberapa kejanggalan yang membuatnya yakin bahwa 2020 SO berbeda dengan asteroid pada umumnya.
1. Orbitnya aneh
Marufin berkata, kecurigaan benda langit yang satu ini bukanlah asteroid dikarenakan 2020 SO memiliki orbit yang aneh.
"Berbeda dengan orbit asteroid-asteorid dekat Bumi pada umumnya," kata Marufin kepada Kompas.com, Senin (30/11/2020).
2020 SO juga memiliki periode revolusi 384 hari, dan hanya sedikit berbeda dengan periode revolusi Bumi yaitu 365 hari.
Lalu, kata dia, kemiringan atau inklinasi orbitnya juga mencurigakan karena sangat kecil yaitu mendekati 0 derajat.
"Artinya orbit 2020 SO hampir berimpitan dengan orbit Bumi," jelasnya.
Sejak Oktober 2020 hingga Mei 2021 mendtanag, 2020 SO terjebak dalam lingkungan gravitasi Bumi dan dipaksa untuk menjadi satelit dengan orbit yang sangat chaos.
Sehingga, 2020 SO akan mendekati Bumi hingga 2 kali, masing-masing di awal Desember 2020 dan awal Februari 2021 kelak.
2. Perilaku 2020 SO berbeda dengan asteroid lain
"Perilaku 2020 SO sendiri tak pernah dijumpai pada asteroid-asteroid lainnya," ujarnya.
Saat ini 2020 SO mendekati Bumi, namun dengan kecepatan relatif sangat lambat, yaitu hanya 0,84 meter per detik.