Peristiwa lontaran massa korona itu sering disebut sebagai Coronal Mass Ejection (CME).
Saat CME menghantam medan magnet di sekitar bumi (magnetosfer), lontaran partikel bermuatan tersebut akan dibelokkan oleh lapisan magnetosfer bumi ke arah garis kutub utara dan kutub selatan.
Magnetosfer bumi adalah lapisan perisai bumi yang melindungi bumi dari pengaruh radiasi partikel bermuatan berkecepatan tinggi yang dilontarkan dari matahari.
Lapisan Bumi tersebut berbentuk seperti lingkaran dengan titik terkuatnya berada pada daerah lintang rendah (dekat equator bumi).
Karena demikian, dampak dari gangguan badai magnet bumi itu paling besar dirasakan pada daerah lintang tinggi.
Sedangkan daerah lintang rendah akan relatif aman.
Lebih lanjut BMKG menginformasikan jika dampak badai magnet bumi tersebut relatif aman untuk wilayah Indonesia.
Baca juga: BMKG Rilis Potensi Banjir Pesisir di Wilayah Pesisir Indonesia Periode 2 - 14 April 2024
Sebab wilayah Indonesia saat terjadi ledakan Matahari berada ada lintang rendah, karena perisai bumi dari pengaruh radiasi partikel angin matahari (magnetosfer bumi), titik terkuatnya berada pada lintang rendah.
Para ilmuwan telah membagi dampak badai magnet bumi ke dalam lima tingkatan yang berberda, simak daftarnya sebagai berikut.
Skala Dampak Badai Magnet Bumi
G1 (Lemah)
Skala ini pengaruh yang bisa dirasakan fluktuasi jaringan listrik yang lemah dan dampak kecil pada satelit.
Selain itu, hewan yang bermigrasi bisa berpengaruh pada tingkat ini dan tingkat yang juga lebih tinggi.
G2 (Sedang)
Kerusakan transformator listrik bisa terjadi pada tingkatan ini.
Badai pada skala ini akan membuat aurora rendah dapat terlihat di sekitar New York dan Idaho.
G3 (Kuat)
Pada skala kuat, dampak yang bisa ditimbulkan misalnya masalah navigasi radio satelit dan HF.