Pada awalnya, ia mengira goyangan itu disebabkan oleh permukaan runway yang bergelombang.
Setelah mengudara, awak Batik Air ID6231 pun menghubungi tower ATC sesuai prosedur yang berlaku.
Saat itu, sudah tidak ada jawaban dari tower ATC, dilakukan beberapa kali tapi tetap tidak ada jawaban.
Hal itu rupanya karena tower ATC Bandara Mutiara sudah robot akibat guncangan gempa dan masih belum disadari awak Batik Air ID6231.
Saat pesawat mencapai ketinggian antara 2000-3000 kaki dan checklist setelah takeoff selesai dilakukan, Kapten Fella melihat gelombang-gelombang aneh di pesisir pantai Palu.
"Tahu ada gempa setelah ada info di radio," tulis Kapten Fella.
Akhirnya, semua kru penerbangan diberi tahu kalau mereka adalah pesawat terakhir yang terbang dari Palu, persis saat gempa terjadi.
(Tribunnews.com/Natalia Bulan R P)