Kondisi ini mengakibatkan pesawat kehilangan daya angkut dan terjatuh.
"Jadi setelah trim down, dilawan pilotnya trim up, terus sampai dengan akhir penerbangan. Beban kemudi jadi berat kemudian pesawat turun," paparnya.
2. Hidung pesawat Lion Air turun otomatis 24 kali dalam 11 menit
Dalam laporan awal investigasi KNKT disajikan data dari kotak hitam Flight Data Recoreder (FDR) yang menunjukkan, sebelum jatuh, hidung pesawat Lion Air JT610 turun secara otomatis hampir 24 kali dalam 11 menit.
Pilot dan kopilot berulang kali berupaya untuk membawa pesawat naik kembali, sebelum akhirnya kehilangan kontrol.
Baca: KNKT Ungkap Pesawat Lion Air Alami 6 Kerusakan, Pilot Mengeluh Kendali Terasa Berat Saat Penerbangan
Pesawat kemudian menukik dengan kecepatan sekitar 700 kilometer per jam, sebelum akhirnya menghantam laut.
Data FDR Lion Air JT610 bisa dilihat di foto di bawah ini.
Perhatikan grafik biru TRIM MANUAL dan grafik orange TRIM AUTOMATIC.
Hidung pesawat turun lebih dari 20 kali dalam 11 menit (grafik oranye).
Grafik biru menunjukkan upaya pilot membawa hidung pesawat naik kembali.
Laporan awal KNKT dari pembacaan data FDR ini konsisten dengan penyelidikan Boeing soal sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS).
MCAS adalah sistem otomatis yang mencegah pesawat stall atau kehilangan daya angkat dengan menurunkan hidung pesawat secara otomatis, meski dalam kondisi terbang manual (Autopilot OFF).
Meski demikian, MCAS bukan satu-satunya faktor penyebab jatuhnya Lion Air JT610.
Kepala Subkomite Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo sendiri dalam jumpa pers di kantor Kemenhub, Rabu (28/11/2018), mengatakan bahwa insiden ini merupakan multiple failure.