"Selama ini tidak, walaupun ada di Kabupaten Nduga ada penembakan juga pesawat yang mengangkat logistik pemilu," tutur Muhammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (4/11/2018).
Baca: Rahasia Kekuatan Olahraga Militer Indonesia yang Bisa Membasmi KKB Pembunuh 31 Pekerja di Papua
Baca: Terbaru, 14 Proyek Jembatan di Papua dengan Nilai Kontrak Rp 184 Miliar Dihentikan Sementara
Bukan hanya Muhammad Iqbal, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono juga menyatakan hal serupa.
Basuki menyebutkan pembangunan jembatan Trans-Papua sangat ditunggu warga, jadi mereka menjamin keamanan para pekerja.
"Warga sebenarnya sudah menjamin keamanan para pekerja. Sehingga belum ada pengamanan yang maksimal di sana," ujar Basuki.
Menurut Dax Sianturi, Egianus ini memang memiliki banyak catatan kriminal dan memimpin kelompok yang bertentangan dengan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Jadi Egianus Kogoya ini dalam catatan kita, adalah kelompok yang secara politik bertentangan dengan NKRI. Tak sedikit dari mereka memiliki catatan kriminal,” ujar Dax.
Sebelum insiden pembunuhan terhadap 31 pekerja di Nduga, kelompok pimpinan Egianus Kogoya juga pernah melakukan penyerangan ke lapangan terbang di Kenyam.
Dalam aksi penyerangan tersebut satu pilot Trigana Air dan dua orang terluka, serta dua anak dan orang tuanya tewas dibunuh.
Kelompok Egianus ini sendiri memiliki 20 - 25 senjata api berstandar militer.
Diduga senjata tersebut didapat Egianus Kogoya dan pengikutnya dari merampas anggota TNI dan Polri.
Baca: Menko Polhukam Perintahkan Kapolri dan Panglima TNI Kejar Habis-Habisan Pelaku Penembakan di Papua
Baca: Tim Kampanye Jokowi-Maruf Desak Aparat Tangkap Pelaku Pembunuhan 31 Pekerja di Papua
Egianus Kogoya sendiri saat ini sudah dicap sebagai teroris oleh pihak TNI.
“Perbuatannya mereka ini sudah lebih dari teroris. Sangat tak manusiawi. Itu para korban membangun jalan untuk membuka ketertinggalan," ujar Dax Sianturi.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)