TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan didukung oleh TNI Al memasang alat ukur ketinggian air (water level) di dermaga Pulau Sebesi, Lampung Selatan.
Pemasangan water level oleh BMKG ini guna untuk antisipasi terjadinya tsunami susulan akibat letusan Gunung Anak Krakatau.
Pemasangan water level di Pulau Sebesi ini dibantu TNI AL menggunakan KRI Torani.
Deputi Bidang Instrumentasi, Kalibrasi, Rekayasa, dan Jaringan Komunikasi, Dr. Widada Sulistya mengatakan, pemasangan water level ini untuk memantau ketinggian air.
Baca: Beredar Rekaman Suara soal Gempa 8 SR Akibat Letusan Gunung Anak Krakatau, BMKG: HOAX
"Alat ini telah dipasang di pulau dekat gunung anak Krakatau tersebut untuk memantau ketinggian air sekaligus sebagai data dalam menentukan peringatan dini bila terjadi gelombang tsunami di selat sunda karena gempa tektonik maupun vulkanik," ujar Widada.
"BMKG dibantu dan di fasilitasi transportasi KRI Torani yang di miliki oleh TNI AL dalam memasang alat sensor water level di pulau yang dekat dengan gunung anak Krakatau," lanjutnya.
Sebelum di lampung, lanjutnya, BMKG telah memasang sensor ini di wilayah Labuhan Banten pada tanggal 24 Desember 2018, dengan posisi tepatnya di PLTU Labuhan, Banten.
Alat ini mengunakan sensor berupa tipe Ultrasonic yang menghitung seberapa kecepatan dari objek yang di lepaskan (berupa sinyal frekuensi) yang bersifat stasioner untuk mengukur ketinggian permukaan air laut.
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Sudah 3 Kali Gempa Melanda Wilayah Indonesia, Dini Hari Hingga Siang Ini
Lebih lanjut, Widada menjelaskan data perekaman dari sensor water level akan dikirimkan langsung ke server BMKG, dan update setiap 1 menit sekali untuk mengetahui ketinggian air permukaan laut di wilayah tersebut.
Pemasangan sensor ini, jelasnya digunakan pada AWS di 24 Stasiun meteorologi Maritim BMKG yang tersebar di Indonesia untuk mengukur ketinggian air di daerah sekitar pelabuhan.
Widada mengutarakan, dari lokasi pengamatan akan didapat data / nilai yang akan otomatis dikirim ke BMKGserver, lalu akan diolah menjadi produk dalam bentuk grafik.
Dari sinilah, terlihat jenis gelombang, apakah gelombang pasang surut apa gelombang yang lain.
Baca: BREAKING NEWS: BMKG Catat Gempa 5.0 M Guncang Sumba Barat Daya, Tak Berpotensi Tsunami
Ia menuturkan grafik akan terlihat berbeda ketika menggambarkan gelombang pasang surut dengan gelombang tsunami karena gelombang tsunami akan terlihat lebih signifikan di bandingkan gelombang pasang surut biasa.
Ada beberapa syarat untuk memasang alat ini, yaitu harus bisa menentukan batas minimal yang dapat di deteksi oleh sensor dalam kondisi air yang tidak boleh kering.
Untuk pemasangan alat di lampung dan Banten disiapkan setelah terjadinya tsunami di Banten yang diakibatkan oleh aktivitas gunung Krakatau.
BMKG memiliki 26 alat sensor water level yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Baca: BMKG Pasang Alat Ukur Ketinggian Air di Pulau Terdekat Gunung Anak Krakatau, Begini Cara Kerjanya
Diharapkan alat ini sangat bermanfaat dan berdampak di Tanjung Balai Karimun tempat bersandar nya kapal kapal cepat dari batam.
"Di sana kami mempunyai AWS pelabuhan / maritim, untuk mengukur ketinggian air supaya bisa memutuskan kapal untuk bersandar di mana," imbuh Widada.
(Tribunnews.com/Whiesa)