Simak empat fakta terbaru dari kasus buaya yang memangsa manusia di Minahasa, Sulawesi Utara. Buaya ditemukan mati.
TRIBUNNEWS.COM - Inilah empat fakta dan kabar terbaru terkait kasus buaya yang memangsa manusia di Minahasa, Sulawesi Utara.
Kasus kematian Deasy Tuwo yang tewas dimangsa buaya di Minahasa, Sulawesi Utara, memang masih jadi teka-teki.
Deasy ditemukan tewas di areal perusahaan pembibitan mutiara di CV Yosiki, Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Jumat (11/01/2019) pukul 08.45 Wita.
Baca: 10 Fakta Terbaru Buaya Pemangsa Deasy Tuwo di Minahasa, Dimuat Media Asing dan Soal Pemilik
Perempuan warga Desa Suluun, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, itu diduga diterkam buaya yang sengaja dibesarkan di lokasi tersebut.
Saat dievakuasi, bagian tubuh dari korban sudah tidak utuh.
Berikut beberapa fakta terbaru terkait buaya yang memangsa Deasy Tuwo tersebut, dirangkum Tribunnews.com dari Tribun Manado.
1. Buaya ditemukan mati
Di tengah penyelidikan kasus kematian Deasy Tuwo, buaya yang diduga menerkam Deasy ditemukan mati, Minggu (20/1/2019).
Sekretaris Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut, Hendrik Sarundengan mengatakan, buaya bernama Merry ditemukan mati di Taman Wisata Alam (TWA) Batuputih, Bitung, sekitar pukul 11.00 Wita siang.
Sebelumnya, buaya berbobot 600 Kg dengan panjang 5 meter itu sudah dipindahkan ke TWA Batuputih, beberapa waktu lalu.
"Berdasarkan informasi kemarin dari petugas TWA sekitar pukul 11.00 Wita siang, buaya Mery telah terindikasi sudah mati," ujar Hendrik.
Setelah mendengar kabar itu, pihaknya lantas menghubungi petugas Pusat Penangkaran Satwa (PPS) Tasik Koki di Desa Pimpin, Kecamatan Kema, Minahasa Utara.
"Sekitar jam 3 sore, mereka menyebutkan memang benar sudah buaya sudah mati," lanjut Hendrik.
Baca: Buaya Pemakan Manusia di Minahasa Dikabarkan Meninggal, Ini Kata BKSDA Sulut
2. Buaya akan diautopsi
Masih menurut Hendrik, belum diketahui apa penyebab pasti kematian buaya Merry.
Untuk mengetahui penyebab kematian buaya Merry, pihaknya bersama petugas PPS akan melakukan proses autopsi.
"Petugas PPS belum bisa memastikan apa penyebab kematian. Untuk melihat penyebab kematian harus kita autopsi," kata Hendrik.
Lebih lanjut Hendrik menjelaskan, pihaknya masih menunggu hasil autopsi apakah buaya itu mati normal atau tidak.
Ia juga tak bisa menyampaikan hasil autopsi lantaran harus bersumber dari kepolisian.
"Kami masih menunggu hasil autopsi, karena kami belum bisa mengindikasikan apakah buaya tersebut mati normal atau tidak, ada dokter hewan yang lebih ahli untuk memperkirakan."
"Hasil belum bisa disampaikan karena harus dari kepolisian," sambungnya.
Selain itu, status buaya Merry merupakan titipan barang bukti ke BKSDA.
"Penjelasan akan menunggu hasil dari autopsi dari PPS dan polisi nantinya sebagai tim ahli," jelasnya.
Baca: Petugas akan Lakukan Otopsi pada Buaya yang Memakan Deasy Tuwo
3. Buaya mati diduga dianiaya warga
Informasi yang dihimpun Tribunmanado.co.id, diduga buaya Merry tewas karena dianiaya oleh warga.
Tribunmanado.co.id saat ini masih menelusuri kebenaran dari kabar soal adanya penganiayaan terhadap buaya Merry.
4. Buaya sempat dievakuasi
Sebelum ditemukan mati, buaya Merry sempat dievakuasi ke TWA Tangkoko, Batuputih, Bitung, Senin (14/1/2019) lalu.
"Buaya ini dievakuasi karena jangan sampai membahayakan lagi orang lain," kata Hendrik.
Selain dari tim BKSDA, evakuasi juga melibatkan sejumlah anggota TNI dari Koramil 1302-07/Tombariri, petugas PPS Tasikoki, serta masyarakat setempat.
Proses pemindahan buaya Merry rupanya berjalan cukup alot lantaran membutuhkan waktu hingga 3 sampai 4 jam dan melibatkan hingga 20 orang sekaligus.
Puluhan petugas TWA Tangkoko dan PPS Tasikoki butuh waktu satu jam untuk memindahkan buaya tersebut dari mobil hingga ke kolam yang sudah disediakan.
Baca: BKSDA Sulawesi Utara Evakuasi 3 Buaya dalam Sepekan, Termasuk Buaya yang Memangsa Deasy Tuwo
(Tribunnews.com/Sri Juliati)