Herizal menambahkan, kondisi kering ini akan berpotensi memudahkan terjadinya hotspot yang dapat memicu kejadian kebakaran hutan dan lahan, yang akhirnya dapat menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memantau adanya penurunan kualitas udara berdasarkan Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU).
Berdasarkan indeks tersebut menunjukkan tidak sehat di daerah Rokan Hilir pada Senin (12/2/2019) pukul 09.00 WIB.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Besok Jumat 22 Februari 2019, Hujan Petir di Sejumlah Kota
Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Gelombang Tinggi di Sejumlah Wilayah, Berlaku hingga Minggu 24 Februari
Sementara daerah lain terindikasi pada ISPU sedang.
Pengamatan jarak pandang mendatar (visibility maksimum) terlaporkan masih dalam kisaran 2 hingga 5 kilometer.
Berdasarkan posisi daerahnya, Pesisir Barat Sumatera, Sumatera bagian Tengah, Kalimantan Barat dan Tengah, Sulawesi bagian Tengah dan sebagian Tenggara, dan sebagian Papua bagian Utara yang dekat dengan garis khatulistiwa, memiliki karakter musim yang berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia.
Karakter musim itu ditandai adanya dua kali puncak hujan dan puncak kemarau dalam setahun.
Baca: Prakiraan Cuaca DKI Jakarta Hari Ini, BMKG: Hujan Dominasi Wilayah Jakarta di Siang Hari
Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Beberapa Wilayah Hari Ini dan Besok, Waspada Hujan Petir
Kondisi ini berlangsung di bulan Februari, sementara kemarau kedua berlangsung mulai Juni hingga Agustus.
Herizal mengimbau kepada Pemerintah Daerah, Instansi terkait, dan masyarakat luas pada umumnya di wilayah terdampak untuk terus waspada.
Pemda diminta siap siaga terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan, bahaya polusi udara dan asap, potensi kekeringan lahan dan kekurangan air bersih dan terus mengikuti pembaharuan informasi.
(Tribunnews.com/Whiesa)