"Yang perlu dipahami bahwa 'referensi perilaku' tidak secara langsung menjadi 'perilaku'. Masih banyak hal lain yang mempengaruhi untuk sebuah 'referensi perilaku' menjadi perilaku. Contohnya, kalau orang yang memainkannya cukup matang dan cerdas, maka ia tidak begitu saja mentah-mentah meniru," ujar Anna saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (25/3/2019).
Nina melanjutkan, permainan yang viral setelah kejadian penembakan brutal di dua masjid di Selandia Baru itu, tak dipungkiri mengandung kekerasan.
Namun, ia menegaskan kembali bahwa tak semua orang yang memainkannya akan meniru hal yang sama seperti yang dicontohkan dalam PUBG.
"Permainan PubG kan mengandung kekerasan, jadi memang bisa menjadi 'referensi perilaku'. Kalau orang ini baik hati dan penuh cinta terhadap orang-oranf di sekelilingnya, maka tentunya ia tidak begitu saja meniru yang ditonton atau dimainkan. Jadi yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa pemain PUBG ini lebih cerdas dan berkepribadian baik," terang dia.
Baca: Banyak Desakan Dari Masyarakat, MUI Akan Kaji Fatwa Soal PUBG
(Tribunnews.com/Chrysnha)