5. Pelaksanaan survei dan metodologi
Husin bilang, jumlah responden yang dilibatkan dalam survei Puskaptis sebanyak 2.100 orang dan berusia 17 tahun atau di atasnya dan telah menikah.
Mereka tersebar baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dan margin error kurang lebih 2,4 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
6. Bukan survei bayaran
Hasil survei yang dirilis Puskaptis memang berbeda dengan survei lembaga survei di mana banyak yang mengunggulkan Jokowi.
Hal ini dipertanyakan beberapa kalangan hingga menuding hasil survei Puskaptis kurang akurat.
Husin pun membantah tudingan tersebut dengan mengatakan, metodelogi yang digunakan surveinya telah sesuai kaidah ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Bisa saya jawab secara ilmiah juga, itu secara metodologi, lalu penyebaran wilayah, survei karakteristik pemilih, dari umur, tingkat pendidikan agama dan sebagainya jadi sudah memenuhi kaidah ilmiah," ujar dia.
Husin membantah, surveinya dibayar oleh kelompok tertentu untuk memenangkan satu pasangan calon.
"Persepsi masyarakat kepada kita itu ya silakan, tapi kami sebagai lembaga survei kita independen," ucapnya.
Baca: Puskaptis Tegaskan Mereka Bekerja Profesional, Hasil Surveinya Tidak Bayaran
Menarik jauh ke belakang, pada Pemilu 2014 lalu, Puskaptis merupakan satu dari tiga lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta Rajasa lewat perhitungan cepat Pemilu 2014.
Padahal hasil lembaga survei lain serta hasil real count KPU menunjukkan kemenangan bagi Jokowi yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Selain Puskaptis, tiga lembaga survei lain yang mendapatkan hasil kemenangan bagi Prabowo-Hatta adalah Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional, dan Jaringan Suara Indonesia.
Dalam hitung cepat versi Puskaptis, Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa unggul dengan 52,05 persen, sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla mendapat 47,95.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)