Menurut Acha, arus pemilihan di TPS Marrrickvile tidak sepadat di Town Hall dan KJRI.
Tak hanya itu, banyak pemilih tetap yang telah terdaftar sebagai calon pemilih, justru nihil kedatangan pada jam 15.30 hingga 17.30 waktu setempat.
Di TPS Marrrickvile, Acha pun berterimakasih pada panitia pemungutan suara yang telah secara terbuka dengan menggunakan musyawarah menggunakan 1,5 kardus surat suarat yang tidak terpakai.
Sebab, banyak pemilih yang terdaftar di DPT dan datang satu jam sebelum berakhir pencoblosan.
Mereka, kata Acha, menunggu di antrean DPLNK di mana TPS mereka belum ditentukan pihak KJRI karena telat mendaftar ulang.
Hal ini membuat TPS kosong pada jam-jam produktif, mulai pukul 13.00-15.30 waktu New South Wales.
Istri suami Vicky Karisma tersebut, banyak temannya yang tidak mencoblos karena TPS ditutup pada pukul 18.00 tepat.
Menurut informasi yang ia terima, banyak dari WNI yang gagal memilih itu, sudah menjadi DPT.
Namun, ketika dicari di website KJRI resmi, nama mereka jadi tidak bisa ditemukan sehingga banyak yang pindah TPS.
Ia pun menyayangkan, ratusan WNI yang telah menunggu lima tahun untuk mencoblos bahkan memutuskan untuk tidak golput, malah tak bisa mencoblos karena dibatasi jam pemilih khusus yang hanya satu jam sebelum pencoblosan berakhir.
Terkait masalah ini, Acha meminta agar tidak ada yang memperkeruh suasana dengan upaya-upaya prasangka.
Ia berpendapat, mungkin informasi yang diakses dari tim Penyelenggara Pemilu Luar Negeri (PPLN) Sydney di website KJRI, masih minim.
Namun, kejelasan sebagai peserta pemilih dalam Pemilu 2019 juga kurang disosialisasikan ke seluruh WNI di Sydney.
Ditambah panitia sepertinya kewalahan menyambut pemilih yang datang dari segala penjuru New South Wales (NSW).