"Turut menyayangkan bahwa banyak sekali teman- teman kita yang menunggu 5 tahun untuk memilih , bahkan mereka ada juga yang sudah memutuskan pilihan untuk TIDAK GOLPUT tp di batasi dengan JAM pemilih Khusus yang hanya 1 JAM sblm pencoblosan berakhir."
"Saya sendiri permanent resident di Sydney, Tp karena takut kehilangan hak pilih , saya datang jam 8 pagi ke Town Hall untuk mencoblos, masih blm terlalu crowded , ada 4 TPS panitia di sana juga dengan jelas mengInformasikan pd saya bahwa DPLNK ( khusus) yang telat mendaftar ulang ( pendaftaran berakhir 8 maret -13 maret 2019 )seperti saya boleh memilih dan datang lebih awal dr jam 17.00 supaya menghindari antrian yang membludak."
"Saya pindah TPS akhirnya ke Marrickville , disitu saya mencoblos di TPS 10, datang lebih awal jam 3.30 sore, traffic nya gak terlalu padat seperti di town hall dan KJRI , banyak pemilih Tetap yang entah mengapa terdaftar di panjang nya lists calon pemilih, tp NIHIL kedatangan nya di jam 3.30 sampe jam 5 sore."
"Guys, apapun itu.. tetap berpegang teguh pada Indonesia, yakin kalau keadaan ini pasti ada hikmah nya, dan jangan memperkeruh suasana dengan upaya2 prasangka."
"Mungkin Informasi yang kita akses sedemikian rupa dr Tim penyelenggara Pemilu Luar Negeri Sydney di website KJRI masih minim, namun Gak bisa di pungkiri Kejelasan sebagai peserta pemilih juga KURANG di Gaung kan ke seluruh masyarakat di Sydney dengan bebas di platform terbuka."
"Dan panitia seperti kewalahan menyambut pemilih yang datang dr segala penjuru NSW."
"Bagaimana @bawasluri @kpu_ri dan @kjrisydney menyikapi hal ini?"
(Tribunnews.com/Sri Juliati)