Jejaka berkacamata itu ingat bahwa sewaktu kecil ayahnya lebih menginginkan dia menjadi pembalap atau tentara, maupun profesi lain yang menonjolkan maskulinitas.
Baca: Desainer Rinaldy Yunardi Benarkan Barli Asmara Meninggal Dunia
Padahal, hati kecil Barli ingin sekali berkecimpung di dunia fashion.
Apalagi, dia terinspirasi dari neneknya yang merupakan seorang perias pengantin Sunda dan memiliki sekolah kepribadian, serta aktif dalam berbagai organisasi kewanitaan.
Bisa dibilang, Barli terlahir di tengah keluarga yang berkelimpahan secara materi.
Barli harus memulai dari titik nol untuk membuktikan pada kedua orangtuanya bahwa menjadi perancang mode adalah pilihan hidup yang tepat untuknya.
“Saya tergolong anak dari keluarga mampu, tetapi saya tidak difasilitasi. Perjalanan saya tidak semulus apa yang dipikir orang. Saya harus belajar sendiri untuk mandiri, survive, danstruggle supaya bisa sampai puncak,” jelasnya saat ditemui di sela-sela JFW 2017
Satu-satunya yang mendorong determinasi Barli adalah keinginan untuk mengubah pola pikir orang tuanya tentang industri fesyen.
Dari sana, dia lantas menempuh pendidikan desain interior pada 1996-1998, dilanjutkan dengan studi komunikasi bisnis pada 1998.
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa bisnis fesyen yang dikelola dengan ilmu yang baik bisa memberi keuntungan material bagi dirinya, serta manfaat bagi banyak orang.
Langganan Jokowi
Uniknya, Barli sama sekali tidak pernah mengambil studi di sekolah fesyen selama hidupnya.
Bakat otodidak Barli sebagai perancang justru dimulai dari hobinya.
“Saya suka menggambar. Saat menggambar, saya merasa seperti ada aura tertentu dari tangan saya. Seperti ada magnetnya. Kalau sudah menggambar, saya tidak bisa berhenti,” akunya.
Desainer langganan Presiden Joko Widodo itu hobi sekali menggambar obyek-obyek yang dia lihat sehari-hari, mulai dari wajah orang, rumah, hingga pemandangan.