"Saya cuma heran itu doang," kata Dolly.
Di luar dugaan, di tanggal 2, Sapri minta izin pamit kepada teman-temannya dan tidak mengikuti syuting.
"Dia minta maaf, dia bilang, 'saya ada disini diajuin, tapi saya ngundurin diri, saya enggak kuat.'' Akhirnya ya sudah, izin."
Setelah pulang ke rumah, Sapri minta temannya untuk memijatnya.
Kemudian keesokan harinya di tanggal 3 Mei, Sapri merasa lemas. Bibirnya yang pecah-pecah tambah parah.
"Dia ke dokter klinik, dokter menyarankan ke lab. kita ke lab tanggal 4, pagi ambil darah, sore kita ambil hasilnya."
Dokter bingung dan nyaris tak percaya dengan hasil lab yang menunjukkan kadar gula darah yang sangat tinggi, yakni 1100.
"Dokter sempat enggak percaya, dia bilang bisa enggak pasien dibawa lagi ke sini, kayaknya ada kesalahan. Salah apa dok, saya bilang, dokter bilang masa sih (gula darah) tinggi banget. Rata-rata di atas itu sudah kolaps. Kayaknya ada kesalahan. Saya bilang enggak bisa, Bang Sapri drop," terang Dolly.
Dokter lab dan dokter klinik berkoordinasi. Mereka kemudian menyarankan Sapri dibawa segera ke rumah sakit.
"Malam itu juga tanggal 4 malam saya bawa ke RS Sari Asih. Dia dibawa ke IGD, dari situ sudah enggak jelas, dia sampai ngomong halu banget, aneh," ucap Dolly.
"Dia pakai kursi roda, saya dorong. dia bilang masak air biar mateng, bang sapri udah enggak ganteng. Ketawa gitu, kayak orang beda banget."
Setelah itu, lanjut Dolly sapri masuk IDG, dikasih kateter urine. Terus dikasih infus untuk makan.
"Kata dokter ini harus di ICU karena harus penanganan khusus," ucap Dolly.
Sapri, menurut Dolly, sempat menyerah. Namun, Dolly berusaha menyemangatinya.
Karenanya Dolly merasa bersalah terlalu memaksakan Sapri untuk bekerja. Sebab, sang istri mau melahirkan.