TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Latief Sitepu dikenal publik lewat perannya sebagai Haji Muhidin, dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji the Series tahun 2012.
Latief Sitepu bertahan menjadi Haji Muhidin selama lima tahun, namun ia tetap dikenal sebagai perannya setelah sinetron Tukang Bubur Naik Haji the Series selesai.
Baca juga: Latief Sitepu, Haji Muhidin di Tukang Bubur Naik Haji Kini Main Sinetron Lagi, Jadi Juragan Kos
Dibalik kesuksesannya memerankan Haji Muhidin, Latief Sitepu berbagi cerita tentang perjalanan kariernya di dunia akting yang bermula sebagai figuran.
"Awalnya tuh saya suka banget sama film. Kepikiran, pengin terlibat dalam industri ini dan akhirnya dapat tawaran jadi figuran tahun 1963," kata Latief Sitepu eksklusif kepada Warta Kota (Tribunnews.com Network).
Pria berusia 80 tahun ini menyebut, untuk terjun ke dunia seni peran, Latief harus main belakang dengan ayahanda tercintanya.
Sebab, Latief mengungkapkan kalau sang ayah tak setuju dirinya menjadi seniman karena tidak punya masa depan.
"Sempat saya syuting jadi figuran di Menteng, dapat satu scene aja. 15 menit baru selesai, ayah saya datang sambil bawa pistol. Dia suruh saya pulang," ucapnya.
Baca juga: Edy Oglek Meninggal Dunia, Inilah Sosok Pemeran Kardun di Sinetron Tukang Bubur Naik Haji
"Tanpa pikir panjang saya langsung pulang dan pamit sama semua tim produksi," sambungnya.
Suatu waktu, Latief menyebut sang ayah dinas ke luar kota jadi kesempatan bagi pria kelahiran Binjai, Sumatera Utara, 10 Mei 1942 ini untuk kabur dari rumah.
Latief pun pergi ke Tanjung Priok ke tempat omnya. Ia tinggal di asrama karena pamannya bekerja sebagai anggota Brimob.
"Ceritanya seminggu kemudian ada penerimaan Ganyang Malaysia. Saya mikir sambil kesal karena film gabisa, saya daftar ke Brimob jadi Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), sekarang jadi Pos guard pengawal pantai," jelasnya.
"Saya lulus dan melakukan pelatihan selama sembilan bulan dan dikirimlah saya ke Riau untuk bersiap perang," sambungnya.
Latief mengakui kala itu ia sudah siap mati dalam perang. Akan tetapi, peperangan tak dirasakan olehnya karena Indonesia dan Malaysia sepakat berdamai.
"Terus saya mangkal di Dumai, sata keliling Kepulauan Riau lah. Begitu kembali ke pangkalan di Dumai, kenal sama wanita yang jadi istri saya," ungkapnya.