News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Aurelie Moeremans Angkut Sampah Arungi Sungai Ciliwung, Kaget Temukan Seprai Kasur

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aurelie Moeremans

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai anak muda Aurelie Moeremans memiliki perhatian khusus pada sampah plastik.

Artis peran ini turut membersihkan sampah di sungai Ciliwung dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup beberapa waktu lalu.

Ia bersama 20 anak muda lain antusias mengarungi sungai Ciliwung yang melintas dua provinsi yaitu Jawa Barat dan DKI Jakarta.

“Ahh! Kita dapat sprei kasur nih!” ujar duta besar anak untuk WWF Indonesia.

Baca juga: KLHK: Mutu Sungai Ciliwung Makin Membaik, Ditemukan Beberapa Hewan Asli

Artis berkulit putih bersih tampak terkejut melihat sampah berukuran berupa sprei kasur, tumpukan sampah plastik.

“Wah! Ada ‘monster’ plastik!. Banyak sampah-sampah plastik. Sisa bungkus yang tak terurai ini menyangkut di akar-akar pohon yang menghujam tepian sungai," tutur artis kelahiran 1993 ini.

Ia pun miris melihat kotoran manusia yang kadang melintas di aliran sungai itu.

"Bukan hanya sampah plastik yang ditemui ada kotoran manusia juga kadang melintas," tutur Aurelie.
Permasalahan sampah di Jakarta cukup mengkhawatirkan.

DKI Jakarta saja 7.000-7.500 ton per hari mengelontor ke Ciliwung. Dari jumlah tersebut sekitar seperempatnya adalah sampah plastik.

Pada 2022 penelitian Waste4Change menunjukkan setidaknya ada 87,52 persen atau 244,72 ton per hari timbulan sampah plastik fleksibel di wilayah DKI Jakarta, yang masih berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). 

Dari total tersebut, hanya 2,99 persen plastik fleksibel yang didaur ulang, 0,78 persen diproses di PLTS, dan 8,72 persen tidak terkelola dan dapat berakhir masuk ke sungai.

Jumlah sampah Jakarta dalam dua hari, tumpukannya setara dengan Candi Borobudur. 

WWF-Indonesia melalui program Plastic Smart City (PSC) berupaya mengurangi sampah plastik yang masuk ke alam sebanyak 30 persen di Kota Jakarta, Bogor dan Depok.

Salah satunya melalui program Youth Activist (YA).

Pogram ini dibangun bersama Yayasan Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB) dengan tujuan agar individu khususnya kaum muda untuk mengurangi konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari.  

Program ini berlangsung selama enam bulan dan membagi dua, yaitu mentor dan aktivis kaum muda.

Pada batch pertama, dibuka pendaftaran mentor melalui media sosial. 

Peminatnya cukup banyak namun ada seleksi ketat yang harus dilakukan untuk melihat komitmen para mentor.

Dari 20 mentor dilatih secara luring, cara-cara audit sampah plastik, mengelola sampah organik dengan metode keranjang Takakura, public speaking, dan lain-lain.

Pada batch 1, peserta ada sekitar 149 orang saja. Untuk pendampingan youth activist, satu mentor bertanggung jawab mendampingi 5-7 orang YA. 

Setelah dipasangkan dengan mentornya, beberapa tugas sudah menanti, dan tiap 2 minggu program ini dilakukan melalui daring. 

Mentor juga bertugas mengecek YA dampingan dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan.

Salah seorang anggota YA adalah Dwininta Puspitasari atau panggilan akrab Pita. 

Pita bercerita bahwa sejak awal dirinya sadar untuk mengurangi sampah plastik, tapi masih bingung memulai.

Ia tersadar saat melihat bangkai paus yang isi perutnya adalah sampah plastik.

“Dari situ, aku berpikir bisa jadi salah satu plastik yang ada dalam perut paus itu adalah sampah aku”, lanjut Pita.

Pita lalu mencari bagaimana cara mengurangi sampah plastik untuk individu,.

Dalam perjalanan tersebut, Pita melihat sosial media WWF-Indonesia yang mencari beberapa kaum muda yang berminat untuk mengikuti program Youth Activist ini. 

Tanpa pikir panjang Pita langsung mendaftar, dan setelah melalui wawancara akhirnya diterima.

Bersama 149 orang YA, Pita memulai perjalanannya untuk mengurangi sampah plastik. 

Dimulai program ini dengan penyampaian fakta-fakta mengapa sih harus mengurangi sampah plastik, jenis-jenis sampah plastik, yaitu singlelayer, multilayer.

Multilayer ini adalah plastik yang paling susah untuk dikelola, contohnya bungkus makanan yang di bagian dalam berwarna metalik. 

Sampah jenis ini harus dipisahkan terlebih dahulu lapisannya baru bisa dikelola. Lanjutnya adalah bagian penting, yaitu audit individu konsumsi sampah plastik.

Audit ini dilakukan untuk mengetahui konsumsi atau penggunaan plastik dalam kebiasaan sehari-hari. 

Dalam kegiatan sehari-hari para muda mudi aktivis ini harus menghitung dan memfoto jenis plastik yang telah digunakan selama 1 minggu. 

Setelah 1 minggu, maka didapatkan angka jumlah dan berat plastik hasil konsumsi. 

Setelah itu, mulailah pengurangan sampah plastik, dengan cara membawa botol minum, tempat makan lengkap dengan alat makannya dalam setiap aktivitas. 

Angka ini kemudian akan dibandingkan dengan hasil akhir program YA atau selama 3 bulan, dan didapat berapa angka pengurangannya.

“”Godaannya banyak, temanlah ngajak jajan dengan pakai plastik. Terus kalau tempat makan saya sudah kotor, gak bisa jajan yang lain lagi karena belum sempat dicuci atau malah lupa bawa," ujar Pita.

Pita mengaku, semangat mengurangi sampah plastik semakin besar. 

Program YA tahun 2023 ini memasuki batch 2, peserta batch satu yang mendaftar kembali akan menjadi mentor.

Angka akhir pengurangan plastik dalam program batch 1 ini adalah 56.7 persen, angka ini didapat dari total audit 1 (baseline) adalah 10.76 kg.

Semetara total audit 2 adalah 4.6 kg , artinya berkurang sekitar 6 kg dalam waktu 1 minggu. 

Kemudian program pengurangan ini dibuat lebih panjang, yaitu 3 bulan, hasilnya 56,7 kg sampah plastik berhasil dikurangi. 

Harapannya, seluruh kaum muda di Jakarta, Bogor dan Depok ikut program ini, jumlah sampah plastik yang akan dikurangi sebesar 248 ton per hari. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini