TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konsultan Film horor Kuasa Gelap, Pastor Johanes Robini Marianto OP, berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, dalam program 'Ngobrol Bareng Cak Febby (Ngocak),' di Studio Tribun Network, Jakarta Pusat, Senin (14/10/2024).
Pastor Robini diminta untuk memberikan workshop, arahan hingga membantu para artis dan kru untuk mengerti bagaimana doa-doa yang didaraskan dalam ritual eksorsisme di Gereja Katolik.
"Jadi waktu itu saya diminta untuk mengajar bagaimana mereka melafalkan doa-doa bahasa latin. Yang merupakan ritual resmi gereja," ujar Rektor Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo, Kalimantan Barat ini.
Pastor Robini termasuk Rohaniawan Katolik yang ditugaskan dari otoritas Gereja Katolik yakni Uskup Pontianak untuk melakukan eksorsisme.
Dalam pengalamannya, dia kerap menemui kasus-kasus eksorsisme yang jauh lebih berat dan mengerikan dibanding apa yang ditampilkan dalam Film Kuasa Gelap.
"Saya bukan menilai filmnya karena saya nggak mampu ya. Itu ceritanya bagus ya. Saya sangat memuji bagus sekali. Tapi sebagai sebuah kasus itu, bukan kasus besar," ucap Pastor Robini.
Kasus-kasus eksorsisme itu bisa berupa serangan-serangan yang mengakibatkan seseorang lumpuh, rumah yang angker, kena santet dan yang mengancam hidup lainnya.
Film Kuasa Gelap, menurut dia, memberikan edukasi yang bagus bagi banyak orang yang selama ini menilai eksorsisme itu adalah sesuatu yang magis.
"Bagi yang selalu mempunyai misconception tentang eksorsisme, seolah-olah sebagai kayak magic ya, itu banyak yang berubah, mengubah persepsi umum selama ini. Saya memuji film itu karena film itu memberikan edukasi yang bagus," jelasnya.
Berikut petikan wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Pastor Robini;
Romo, saya ingin tahu apakah benar Romo adalah konsultan dari film Kuasa Gelap?
Sebenarnya jangan terlalu dibesarkan, saya memang diminta untuk memberikan workshop memberikan arahan, membantu mereka untuk mengerti bagaimana doa-doa yang didaraskan pada film itu. Yang merupakan ritual resmi gereja.
Jadi waktu itu saya diminta untuk mengajar bagaimana mereka melafalkan bahasa latin. Oke. Di situ.
Apakah Romo juga membaca skripnya, skenarionya?