Akan tetapi, Triyanto tidak menyangka jika pak Tahir meninggalkan permasalahan di akhir kepengurusannya. "Itu berarti pak Tahir belum ikhlas melepas tenis meja," tegas Triyanto, yang menilai mestinya Tahir sudah merasa puas dengan menjadi ketua umum dua periode sesuai ketentuan dalam AD/ART.
Seperti diketahui, Tahir kembali memimpin PB PTMSI untuk ketiga kalinya, untuk periode 2012-2016 melalui Munas pada 12-12-2011 di Hotel Merlynn Park, Jakarta Pusat, setelah dalam pandangan umum untuk pengajuan calon ketua umum memperoleh dukungan suara dari 23 pengprov.
Eka Wahyu Kasih, bakal calon ketum lainnya, hanya disokong oleh delapan suara sehingga tidak bisa dimajukan sebagai kandidat ketua umum.
Munas sempat diwarnai protes adanya perubahan AD/ART menyangkut masa jabatan ketua umum, dari maksimal menjabat dua periode, menjadi tiga periode, dan protes terkait kriteria untuk dukungan minimal 10 suara bagi pengajuan calon ketua umum.
Pada Munas ulangan yang digelar 25 September 2012 di Solo, kembali Tahir yang terpilih setelah mendominasi pemungutan suara dalam dua putaran, dimana ia memperoleh 21 suara, unggul telak dari kandidat yang didukung oleh Eka Wahyu Kasih yakni Benny Tjokro Saputro yang hanya didukung enam suara.
"Jadi yang bisa menyelesaikan permasalahan tenis meja ini hanya pak Tahir, bukan Menpora," tegas Triyanto Saudin. (tb)