Keduanya masih bisa menggunakan fasilitas di pelatihan nasional, namun saat mengikuti kejuaraan menggunakan biaya sendiri.
Pilihan itu terbilang bijak lantaran Ahsan/Hendra ingin pasangan yang lebih muda untuk mendapatkan kuota saat mengikuti turnamen.
"Jadi di pelatnas dulu itu ngirim biasanya empat, jadi kalau kita ngga ada mungkin satu bisa naik. Tapi sekarang bisa ngirim lebih banyak sih. Biasanya dulu kalau ngirim di setiap turnamen itu empat maksimal, termasuk kita. Jadi misal kita terus yang bawah ya levelnya beda lagi. Pas kita keluar masih ada satu slot buat naik," kata dia.
Menurut Ahsan, saat ini regenerasi atlet sudah berjalan cukup baik dan di jalan yang benar.
"Sekarang sudah berjalan dengan benar. Fasilitas sudah ada, pertandingan juga sudah (kembali berjalan) lancar. Tapi, kembali ke atletnya."
"Sekarang, untuk ganda putra pun sudah punya tujuannya. Di ganda putra kita punya enam pasang, itu sudah punya titel semua, dan hal itu termasuk yang jarang terjadi," ujar Ahsan.
Titel kampiun dimiliki oleh pasangan-pasangan top yang notabene telah mengantongi jam terbang tinggi.
"Sekarang, Leo/Daniel sudah juara. Bagas-Fikri juara All England. Pramudya/yere juara Asia. Jadi, kita bersaing di dalam pun sudah susah. Dan ganda putra sudah di jalur yang tepat," jelasnya.
Sementara, Hendra menilai, "Yang muda-muda ini lebih disiapinlagi. Regenerasinya jangan sampai telat kayak dulu. Kayak tunggal putri, telat kan," ujar Hendra.
(Tribunnews.com/Isnaini/Tio)