"Saya bermain sangat bagus ke kiri jadi saya memberitahunya sekarang. Bayangkan apa artinya di lapangan dengan semua kamera. Saya tahu pelatih akan marah dan akan mengganti saya dengan pemain lain di babak kedua."
"Tapi apa yang terjadi di ruang ganti melewati setiap garis batas. Gasperini mencoba memukuli saya," ungkap Papu.
Pemain asal Argentina ini pun mencoba meminta maaf kepada rekan setimnya karena tak memberi contoh yang baik.
Pertengkaran dan pembangkangan taktik menjadi alasan dari permintaan maaf itu.
Namun, Gasperini bergeming dan tak mengatakan sepatah kata apapun.
Hal itu membuat Papu gerah dan memutuskan untuk hengkang dari Bergamo.
"Ok untuk berdiskusi, tetapi agresi fisik saya tidak bisa mentolerir."
"Setelah ini saya meminta Antonio Percassi untuk bertemu dan mengatakan kepadanya bahwa saya tidak punya masalah untuk terus maju, bertanggung jawab atas kesalahan saya juga, karena sebagai kapten saya tidak berperilaku dengan cara yang benar."
"Saya membuat contoh buruk tidak mengikuti instruksi dari pelatih, namun, saya mengatakan kepada presiden bahwa saya perlu alasan dari pelatih untuk melupakannya."
"Sehari setelah kami mengadakan pertemuan dengan tim, saya berdiri di depan semua orang dan meminta maaf kepada mereka semua, pemain dan pelatih. Namun Gasperini tidak berbicara apapun."
"Saya tahu saya berperilaku buruk, tapi apa yang dia lakukan? Itu semua baik? Tidak ada alasan? Sehari setelah saya memberi tahu Percassi (Presiden klub) bahwa saya tidak ingin tinggal di Atalanta," ujar Papu.
Gian Piero gasperini pun menanggapi 'serangan' dari mantan anak asuhnya itu.
"Kelakuan Gomez di dalam dan di luar lapangan menjadi semakin tak bisa diterima oleh pelatih dan rekan setimnya."
"Pergulatan fisik itu datang darinya, bukan saya."
"Alasan sebenarnya ia meninggalkan Bergamo adalah dia bertindak kurang ajar pada pemilik klub," ucap Gasperini.
(Tribunnews.com/Guruh)