Setelah pecahnya Tragedi Kanjuruhan, Gilang Widya aktif terjun memastikan para korban dan keluarga korban ditangani dengan baik.
Dia dan jajaran manajemen Arema FC juga masih membuka posko pendataan dan bantuan di kantor tim.
Dirinya bahkan berinisiatif mengujungi rumah korban untuk ikut berbelasungkawa.
Kesehatan mental pemain dan ofisial pun tidak luput dari perhatian Gilang.
Ia merekrut psikolog profesional untuk membantu proses pemulihan trauma anggota tim.
Baca juga: Exco PSSI: Siapapun Pengurus PSSI Nanti, Shin Tae-yong Tetap Harus Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Gilang berpamitan setelah dua hari sebelumnya menjalani pemeriksaan di Polda Jatim sebagai saksi Tragedi Kanjuruhan.
Ketika itu, Gilang menyatakan bahwa dirinya hanyalah investor Arema FC dan bukan pemilik saham mayoritas klub.
Pemeriksaan Gilang Widya sebagai saksi dari pihak manajemen Arema FC sempat dipertanyakan berbagai pihak.
Salah satunya anggota Tim Gabungan Indipenden Pencari Fakta (TGIPF), Akmal Marhali.
Menurut Akmal, yang seharusnya diperiksa soal tragedi Kanjuruhan bukan Gilang, melainkan Direktur Utama Arema FC, yakni Iwan Budianto.
"Yang harus kena ya Iwan Budianto. Kalau korporasi yang bertanggung jawab, Direktur Utama (Dirut), seperti halnya PT LIB. Ini ada di Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 soal Tata Cara Pidana Korporasi," kata Akmal Marhali dikutip dari kompas.com.
Gilang Widya bukanlah pemegang saham mayoritas Arema FC, melainkan Iwan Budianto yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI.
Gilang memang berstatus sebagai Presiden Arema FC, tetapi ia tidak masuk dalam jajaran BOD (Board Of Directors).
Berdasarkan data dari Ditjen AHU Kemenkumham tertera Direktur Utama adalah Iwan Budianto, Agoes Soerjanto (Komisaris Utama), Ruddy Widodo (Direktur), dan Tatang Dwi Arifianto (Komisaris).
Oleh karena itu, Akmal menilai Iwan Budianto adalah sosok yang tepat diperiksa sebagai pemimpin tertinggi Arema FC.
"Presiden itu tidak ada di struktur operasional koperasi. Sebagai saksi, sangat lemah kalau jadi tersangka," ucap Koordinator Save Our Soccer (SOS) itu. (Ibnu Shiddiq NF/BolaSport)