TRIBUNNEWS.COM - Bintang Portugal, Cristiano Ronaldo, rupanya rela meninggalkan sekolahnya demi berkarier sebagai pesepak bola.
Seperti yang diketahui, Cristiano Ronaldo telah direkrut oleh klub Portugal, Sporting Lisbon, ketika usianya baru menginjak 12 tahun.
Cerita Cristiano Ronaldo tersebut tertuang di sebuah buku baru yang berjudul Messi vs Ronaldo: One Rivalry, Two GOATs, and the Era That Remade the World’s Game.
Baca juga: Cristiano Ronaldo Nyaris Tinggalkan Dunia Sepak Bola Lantaran Dibully, Kesepian dan Kangen Rumah
Tinggalkan Sekolah
Dikutip dari The Sun, Ronaldo sering mendapat nilai buruk dalam pelajaran akibat kesibukannya berlatih sepak bola.
Bahkan, Ronaldo juga sering absen dari kelas dan tidak mengikuti jam pelajaran.
Melihat kelakuan Ronaldo, Direktur Olahraga Sporting Lisbon pun akhirnya mengancam akan mengirimnya pulang jika sikapnya tidak membaik.
Sporting dan Ronaldo pun mencapai kesepakatan sekitar setahun berselang.
Pada akhirnya, Ronaldo memutuskan meninggalkan sekolah dan fokus pada sepak bola.
Ronaldo pun mengaku bahwa dirinya tidak cocok mengikuti jam pelajaran di sekolah.
Ia merasa tidak ada gunanya jika bersekolah.
“Saya selalu merasa bahwa saya tidak cocok untuk sekolah."
"Jadi apa gunanya?," kata Ronaldo.
Baca juga: Ketika Cristiano Ronaldo Membuat Khawatir Manajer Portugal Fernando Santos, Begini Kata Santos
Hampir Tinggalkan Sepak Bola
Direkrut di usia muda, membuat Ronaldo mengalami masa-masa sulit pada beberapa tahun pertamanya.
Sehingga, mantan pemain Real Madrid tersebut mempunyai niatan untuk meninggalkan dunia sepak bola.
Salah satu masa sulit yang dialami Ronaldo adalah tindakan bully yang ia terima.
Ronaldo dibully oleh anak laki-laki lain karena aksen Madeirannya yang kental.
Pada usia muda, Ronaldo sering gagal mengendalikan emosinya.
Akibatnya, ia sering terlibat pertengkaran dengan anak laki-laki lain.
Suatu hari, Ronaldo juga pernah melempar kursi ke arah gurunya.
Hal tersebut dilakukan Ronaldo lantaran gurunya juga mengejeknya terkait gaya bicaranya.
Ia pun sering menangis setiap hari karena kehilangan keluarga dan teman-temannya.
(Tribunnews.com/Isnaini Nurdianti)