Sementara Brozovic adalah metronom Inter sekaligus penjegal terbaik serangan lawan.
Gelandang asal Kroasia berusia 30 tahun ini adalah pemain yang mampu mengacaukan rencana Pep Guardiola untuk mengontrol permainan, dan mengarahkan bola ke tempat-tempat berbahaya.
De Bruyne membutuhkan ruang, dan juga pasokan bola untuk meluncurkan visinya.
Nah, Brozovic bakal jadi instrumen utama Inter untuk mengacaukan kreasi serangan dari De Bruyne.
Setidaknya hal itu pernah terbukti saat keduanya bertemu di Piala Dunia 2022, saat Belgia, dan Kroasia berbagi angka 0-0 pada penyisihan grup.
Sayangnya, Brozo yang membawa Kroasia jadi finalis Piala Dunia 2018, musim ini banyak terkendala dengan cedera.
Total hampir 80 hari dia absen karena cedera hamstring diikuti cedera paha, yang memaksanya absen 17 laga di berbagai kompetisi.
Setelah pulih dari cedera, Brozo pun mulai menggeliat. Dia terlibat dalam enam gol dari sembilan laga terakhir.
Termasuk yang terakhir ketika menjadi bintang lapangan saat Inter menekuk Torino 0-1 di laga terakhir Serie A. Dari luar kotak penalti, dia melepaskan tendangan jarak jauh yang menjadi gol ketiganya musim ini.
Brozo memang tak terlalu menonjol dalam urusan serangan. Kelebihannya justru pada segi pertahanan. Situs one versus one, mengulas aspek defensif kedua gelandang ini.
De Bruyne total melakukan dua kali blok, 28 duel udara, dan dua kali tekel di Liga Primer.
Sedang Brozo meski mainnya terbatas di Serie A, total melakukan delapan kali blok, 23 duel udara, dan 14 kali tekel. Statistik itu menjelaskan siapa yang lebih sangar saat bertahan.
Gelandang Inter, Barella mengklaim kekuatan lini tengah memang jadi modal utama Inter untuk duel final di Istanbul nanti.
"Saya sebut misalnya saja, kami punya Brozovic yang main di final Piala Dunia. Kami juga punya Mkhitarian yang sedang dalam level tertinggi.
Juga ada Calhanoglu yang selalu mengejutkan. Kami punya pengalaman, kualitas, punya segalanya," ujar Barella meyakini.