Jobhun Academy juga bisa dilakukan dengan dua metode yakni online dan offline.
"Kelas-kelas yang ada di Jobhun Academy sengaja disesuaikan dengan skill yang disukai teman-teman milenial seperti, copy writer, design, web developer, dan masih banyak lagi. Kelas itu dibuat tak hanya menyesuaikan user melainkan juga pada perusahaan," jelasnya.
Selama menjalankan Jobhun, Cynthia juga memikirkan bentuk bisnis untuk kelangsungan start up yang ia bangun.
Pada 2017, Cynthia berpikir membuat Jobhun seperti produk konsultasi karier yang bisa diikuti oleh masyarakat, baik yang belum atau sudah bekerja.
Namun, bentuk bisnis ini tidak bisa berjalan di Surabaya karena tidak diminati masyarakat.
"Orang-orang cenderung tidak mau mengeluarkan budget lebih untuk melakukan konsultasi dengan mentor. Tak hanya itu, rupanya bentuk bisnis ini juga tidak selaras dengan hasil yang diinginkan Jobhun," tuturnya.
Cynthia menilai Jobhun Academy lebih cocok jika diterapkan di Surabaya karena kelas konsultasi dilakukan secara berkelompok. Setelah user melakukan konsultasi, Jobhun bisa kembali menyesuaikan karier untuk user.
Jobhun Academy banyak diikuti oleh teman-teman mahasiswa, juga SMA. Selain itu, orang-orang yang baru bekerja juga bisa mengikuti fitur ini. (Akira Tandika)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Terbentuknya Jobhun, Start Up Bergerak pada Pengembangan Karier dengan Target Kaum Milenial