Pada saat yang sama, dirinya juga mencoba untuk mengajak beberapa anggotanya untuk menyuarakan kembali terkait penyelenggaraan Piala Dunia menjadi dua tahun sekali.
Untuk mencari keuntungan sebesar itu, FIFA telah melakukan riset dengan menjual lisensi kepada video gim atau produk digital yang tidak ada hubungannya dengan sepakbola.
Kerjasama dengan perusahaan lain seperti pencipta gim battle Royale Fortnite, Epic Games menjadi contoh FIFA untuk lebih menghilangkan eksklusifitas padahal pada saat yang bersamaan EA telah membayar secara premium.
Keputusan bisnis semacam ini dinilai Moore menjadi penyebab lain yang memungkinkan EA Sports memutus kontrak dengan FIFA.
"Aku hanya ingin mengatakan bahwa kita (EA Sports) mengucurkan dana ratusan juta dolar untuk membangun ini (gim FIFA) dan kamu (FIFA) mengatakan kepada saya bahwa Epic Games akan mendapatkan lisensi yang telah dibangun dengan susah payah?"
"Jadi aku pun akan berada paling depan untuk melawan keputusan tersebut." tutur Moore.
FIFA pun mengatakan, Jumat (15/10/2021) lalu bahwa rencana seperti itu akan memperluas portofolio dari bermain gim serta sektor e-sports untuk menjamin jika kontrol terhadap hak cipta tidak hanya berada pada satu pihak saja.
"Masa depan dunia gim dan e-sports untuk penikmat sepakbola harus melibatkan lebih dari satu pihak terkait kontrol serta eksploitasi dari seluruh hak cipta," ucap FIFA.
FIFA juga menambahkan bahwa seluruh perusahaan teknologi dan mobile sedang bersaing untuk bisa bekerjasama pada platform serta turnamen global milik FIFA.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait FIFA